PONTIANAK INFORMASI, INTERNASIONAL – Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus ‘zombie’ berusia 48 ribu tahun dari permafrost dan menemukan bahwa virus-virus tersebut masih dapat menginfeksi ameba tunggal yang masih hidup. Namun, ilmuwan mengungkapkan bahwa kemungkinan virus ini menginfeksi hewan atau manusia masih belum jelas.
Para peneliti pun menganggap virus permafrost sebagai ancaman bagi kesehatan masyarakat karena permafrost yang mencair dengan cepat akibat perubahan iklim, memunculkan virus dan bakteri kuno bahkan hingga fosil mammoth berbulu yang terawetkan dengan sempurna. Sebagai informasi, Permafrost merupakan lapisan tanah yang benar-benar beku sepanjang tahun, yang mencakup 15% daratan di Belahan Bumi Utara.
Mengutip Science Alert yang dimuat dalam detikcom, Sabtu (11/3/2023), Profesor Jean-Michel Claverie dari Prancis menemukan strain virus beku berusia 48 ribu tahun dari beberapa situs permafrost di Siberia. Dalam penelitiannya, Claverie dan timnya mampu menghidupkan kembali beberapa strain baru virus zombie dan menemukan bahwa masing-masing virus masih dapat menginfeksi ameba yang dibudidayakan.
Beberapa ilmuwan pun khawatir perubahan iklim akan menghangatkan Kutub Utara, mencairkan permafrost, dan melepaskan virus kuno yang belum pernah bersentuhan dengan makhluk hidup selama ribuan tahun. Tumbuhan, hewan, dan manusia mungkin tidak memiliki kekebalan terhadapnya.
Birgitta EvengÄrd, profesor emerita di Departemen Mikrobiologi Klinis Universitas Umea di Swedia, mengatakan bahwa pertahanan kekebalan tubuh manusia telah dikembangkan dalam kontak dekat dengan lingkungan mikrobiologis.
“Jika ada virus yang tersembunyi di permafrost yang belum pernah kontak selama ribuan tahun, mungkin pertahanan kekebalan tubuh kita tidak cukup,” imbuhnya mengutip detikcom.
Claverie dan rekan-rekannya di jurnal Viruses yang diterbitkan 18 Februari menganggap bahwa temuan mereka harus dianggap sebagai keingintahuan ilmiah dan ancaman kesehatan masyarakat yang patut diwaspadai. Perlu digarisbawahi bahwa penelitian tentang virus beku seperti ini dapat membantu para ilmuwan lebih memahami tentang bagaimana virus purba berfungsi dan apakah mereka berpotensi menginfeksi hewan dan manusia atau tidak.