(Foto : REUTERS/Tyrone Siu)
PONTIANAK INFORRMASI, Internasional – Topan super Ragasa, badai tropis terkuat di dunia tahun 2025, telah melumpuhkan sejumlah wilayah di Asia Timur, termasuk Hong Kong, China bagian selatan, dan Taiwan. Badai ini membawa angin kencang hingga 265 km/jam dan hujan lebat yang menyebabkan banjir, longsor, serta kerusakan parah di berbagai daerah terdampak.
Di Hong Kong, topan Ragasa memicu hujan deras dan angin kencang yang membuat sejumlah fasilitas publik lumpuh. Dilansir dari CNN Indonesia, “Kami melakukan segala upaya yang kami bisa untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan topan dahsyat ini,” ujar juru bicara Fullerton Ocean Park Hotel yang terdampak banjir. Selain itu, operasi kereta api MTR di jalur terbuka dihentikan sementara, dan layanan terbatas beroperasi di jalur bawah tanah demi keselamatan penumpang.
Sementara itu, hampir dua juta orang di wilayah selatan China telah dievakuasi sebagai langkah antisipasi menghadapi badai yang melanda provinsi Guangdong. Kota-kota besar seperti Shenzhen dan Guangzhou mengalami gangguan aktivitas karena angin kencang dan banjir. Pihak berwenang China juga memberlakukan penutupan sekolah dan bisnis di 10 kota untuk mengurangi risiko bahaya.
Di Taiwan, dampak tragedi semakin parah setelah runtuhnya bendungan alami yang menahan danau baru terbentuk akibat hujan ekstrem dari topan Ragasa. Akibatnya, 68 juta ton air membanjiri wilayah Guangfu Township. Dilansir dari CNN Indonesia, pejabat setempat Lee Kuan Ting menyatakan, “Hingga pukul 7 pagi hari Rabu (24/9) 14 orang dipastikan meninggal dunia dan 18 orang terluka.” Tim penyelamat juga masih mencari lebih dari 124 orang yang dilaporkan hilang.
Badai Ragasa bukan hanya mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan fisik, tetapi juga menunjukkan tren peningkatan intensitas badai tropis akibat pemanasan global. Para ilmuwan menyatakan, kondisi atmosfer yang lebih panas dan lembap kini mendukung siklon tropis menjadi lebih ganas dan sering terjadi.
Dalam beberapa hari terakhir, Ragasa telah menimbulkan bencana besar di Filipina, sebelum melanjutkan perjalanan menghantam wilayah Asia Timur ini. Pengaruh badai sangat terasa, sehingga berbagai upaya mitigasi dilakukan secara massif untuk mengurangi dampak bencana.
Pemerintah dan lembaga terkait di ketiga wilayah tersebut terus memantau perkembangan kondisi topan. Mereka mengimbau masyarakat untuk waspada dan mematuhi peringatan cuaca demi keselamatan bersama.
