PONTIANAK INFORMASI, LANDAK – Gerakan Mahasiswa Pencinta Alam Cagar Gaspasi IKIP PGRI Pontianak melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Dasar sebagai tahapan pertama dalam proses menjadi anggota muda.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama delapan hari dimulai pada tanggal 9 sampai 16 Februari 2023 dengan serangkaian kegiatan dialam bebas seperti pelatihan pembuatan bivak alam, pembuatan api, survival, panjat tebing, pendalaman materi lingkungan hidup, dan bakti sosial di masyarakat.
“Tentunya kita tetap mendukung karena ini kegiatan positif, kegiatan mahasiswa dan kami berterimakasih juga karena daerah kami udah ditunjuk, dipercaya untuk adanya kegiatan tersebut, jadi untuk kedepannya segala kekurangan dan kita juga dari desa perlu persiapan tentunya supaya kegiatan tersebut nanti berjalan baik dan lancar, pesan kami untuk adik adik terus berkarya semoga kedepannya apa yang didapat pada hari ini menjadi pengalaman berharga untuk adik adik sebagai dasar untuk kedepannya adik adik lulus kuliah dan kita tunggu kegiatan-kegiatan selanjutnya pesan saya Jangan lupakan pakumbang,” ujar Kepala Desa Pakumbang.
Pada kegiatan bakti sosial Bapak Kepala Dusun Padang Entok juga memberi tanggapan terkait kegiatan yang dilakukan.
“Terima kasih untuk mahasiswa IKIP pgri Pontianak yang sudi hadir di desa kami terutama di Dusun Padank Entok pas wilayah bukit padang dan juga kami berharap supaya mahasiswa mau mempromosikan daerah kami terutama bukit padang dan untuk kedepannya kita bisa bekerjasama untuk bagaimana bukit padang itu bisa dikenal lebih luas lagi untuk daerah kami, sekian dari kami terimakasih untuk anak anak mahasiswa IKIP pgri pontianak,” tandasnya Kepala Dusun Padang Entok.
Selain kegiatan di alam bebas terdapat kegiatan indoor yaitu makrab bersama warga setempat dan aparatur desa, pada kegiatan makrab Kepala Desa Pakumbang dan beberapa warga lainnya menceritakan hal hal yang menarik di desa Pakumbang seperti sejarah Batu Nek Porok dan keindahan bukit padang yang menjadi pusat wisata desa tersebut.
“Dulu pakumbang itu namanya pahurak, kampung lama yang dikutuk jadi Batu dan Batu tempat kalian Repling itu namanya Batu Nek Porok, dulu itu rumahnya seorang nenek yang bernama Porok sejarah nya itu karena dulu pas kebetulan ada gawai, orang pesta makan daging kemudian cucu nenek ini tadi penasaran dengar bunyi gong orang pesta karena dia dengan neneknya mungkin punya keterbatasan masalah makan dan segala macam, penasaran cucunya lalu datang dikampung orang ramai ini, ada sekumpulan anak anak perempuan, anak anak ini makan depan dia tapi tidak dikasi, lalu dia minta tapi dikasi yang mirip daging padahal itu karet,” terang salah seorang warga yang bernama Eteng.
“Pada saat dia dijalan saking senangnya dia mau ngasi neneknya ni, di tengah jalan di gigit nya ternyata itu karet bukan daging dan anak ini ngasikan ke neneknya lalu neneknya marah neneknya tak terima cucunya same gak dibuli cucunya kan, nah pada saat itu neneknya kebetulan punya anjing, diambilnya anjingnya dikasi semacam kerincing kalau bahasa orang dayak genteng, dan dibawalah ketempat orang yang pesta itu lalu orang melihat anjing itu lucu lalu ditertawakan dan nenek ini memang mengutuk masyarakat disitu, istilahnya zaman dulu sumpah lah ibaratnye,” lanjut Eteng menceritakan.
“Tak lama ada angin datang bunyi petir datang kalau bahasa sini namanya kanyaruan dan terkutuklah menjadi sebuah batu, namun sayangnya kalian tidak sampai ke atas karena banyak Batu yang mirip rumah dan disana ada gua dan disitulah tempat pelarian nenek dan cucunya yang membawa sebuh telur,” tutupnya.
Melihat sejarah Batu yang melegenda tersebut, panitia kegiatan Diklatsar menamai angkatan ke XX GMPA Cagar Gaspasi IKIP PGRI Pontianak dengan nama “Dango Nek Porok”. Tujuannya, agar sejarah yang ada di Desa Pakumbang selalu diingat dan dapat menambah pengetahuan para anggota lainnya.