Pontianak – LAS Pontianak salah satu band lokal di Kalbar yang sering menyuarakan isu lingkungan, sosial, HAM, dan kebudayaan ikut meramaiakan acara aksi solidaritas penggalangan dana untuk korban banjir Kalbar yang dilaksanakan di Pontianak. Pada kesempatan itu mereka turut merespon persoalan bencana alam dan kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalbar akhir-akhir ini, Kamis (11/11/2021).
Bob salah satu personil dari LAS Pontianak mengapresiasi bahwa kegiatan ini merupakan sebuah simbolis kepedulian pemuda-pemudi kalbar.
“Mereka yang datang disini selain untuk berdonasi mereka merupakan pemuda/i di Kalbar masih peduli dengan global warning dan pemanasan global kemudian penanaman sawit secara masif yang berdampak pada ekosistem dan bencana alam” Ungkapnya.
Kemudian Bob juga menyampaikan bahwa mereka tidak sepenuhnya menyalahkan dan mendiskriminasi sawit sebagai penyebab kerusakan lingkung, karena ada juga sawit mandiri dari masayarakat yang memiliki manfaat untuk masyarakat dan dengan luas lahan yang tidak dalam skala besar.
“Kita juga tidak ingin menyalahkan secara total kelapa sawit dan pertambangan, bahkan LAS mengapresiasi petani sawit mandiri yang bisa mendapatkan income bagus yang tidak ditanam secara masif dan skala besar yang tetap bisa memelihara kearifan lokal dan kebudayaannya” tegasnya.
Selain itu Bob juga berharap, harusnya mengenai persoalan lingkungan dan ekosistem, Pemerintah lebih mawas untuk edukasi melalaui pendidikan di tingkat sekolah.
“Kan ada mata pelajaran Muatan lokal (Mulok), kenapa tidak kita susupi dengan pendidikan dengan ekologi dan ekosistem betapa pentingnya manusia hidup dengan alam, kan sejauh ini kita antroposentris manusia sebagai pusat ekosistem kenapa tidak adek-adek di Sekolah kita dikasi edukasi bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem, dan tanpa ekosistem peradapan kita tidak akan bisa abadi,” terangnya.
Selain itu dia juga menegaskan bahwa masyarakat adat adalah pihak yang paling berdekatan dengan alam dan perlu juga diajarkan di pendidikan mengenai masyarakat adat
“betapa pentingnya di ajarkan di sekolah tentang masyarakat adat, masyarakat adat adalah depertemen paling depan dalam menghadapi persoalan pemanasan global dan mereka juga sudah mempunyai pengalamanan yang udah ratusan tahun dan ribuan tahun menghadapi ekosistem dan menurut aku kalau ada pertemuan skala luas masyarakat hadap harus dikasi mimbar karna mereka sangat paham,” tergasnya.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Diaz, yang juga merupakan anggota band Las Pontianak mengatakan perubahan iklim udah terjadi secara nyata di depan mata kita, yang mengakibatkan banjir hampir setiap tahun terjadi hingga mematikan listik dan akses internet di kabupaten kapuas hullu, itu udah bentuk nyata perubahan iklim dan ini tidak bisa dipandang sebelah mata, bahkan kapuas hulu dalam tahun ini sudah mengalami 2-3 banjir dalam setahun.
“Perubahan iklim yang terjadi sudah sangat nyata di depan mata yang merupakan akibat dari ekpansi kerusakan alam yang meluas, yang menyebabkan bencana alam, dan kami pertanyakan kenapa harus tunggu becana pemeritah baru turun kedesa-desa terpencil, daerah-daerah yang sangat rumit di akses, kita datang untuk kemanusian datang untuk kerja sosial, kenapa harus tunggu bencana, kenapa tidak dicegah melalui pembatasan ekspansi” ujarnya