PONTIANAK INFORMASI, NASIONAL – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengungkapkan, ada sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi yang masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Sabtu (19/11/2022).
Menyusul temuan kasus polio yang sampai lumpuh di Aceh, Pemerintah pun menggencarkan upaya Imunisasi. Maxi mengatakan, cakupan oral polio virus OPV dan IPV di seluruh Indonesia masih rendah, terutama saat Pandemi COVID-19 kemarin.
”Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi Covid-19,” katanya, mengutip laman resmi Kemenkes, Minggu (20/11).
Kasus polio di di Kabupaten Pidie Aceh ditemukan pada awal November 2022, dengan penelusuran RT-PCR. Atas temuan itu, Pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa Polio di tingkat kabupaten.
Pasien berusia 7 tahun 2 bulan itu memiliki gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Ia mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil.
Selanjutnya, pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.
Dirjen Maxi mengatakan, anak itu mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri dan memang tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan.
”Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya,” terangnya.
Dari penyelidikan epidemiologi, lanjut dia, didapati cakupan imunisasi Polio yang rendah dan faktor perilaku hidup bersih sehat penduduk yang masih kurang. Dia menyebut masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai.
Maxi menambahkan, meskipun di Pidie tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai. Namun sayanya, air sungai ternyata digunakan masyarakat sebagi sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.
“Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan penting termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus, pengambilan sampel tinja di wilayah terdampak untuk dilakukan pemeriksaan, dan memeriksa sampel air di tempat pembuangan dan survei cepat cakupan imunisasi,” demikian dikutip dari pernyataan Kemenkes yang dimuat dalam laman resminya, Sabtu kemarin.
Selanjutnya akan segera dilakukan tindakan pencegahan penularan lebih luas dengan meningkatkan notifikasi nakes dan faskes untuk mendeteksi adanya kasus lumpuh layuh lain, untuk segera ditindaklanjuti secara medis maupun epidemiologis. Kemudian, akan segera dilakukan pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh sebanyak 2 putaran yang direncanakan akan dimulai pada tanggal 28 November 2022.
Selanjutnya, melakukan edukasi dan penggerakkan masyarakat untuk mencegah penularan virus polio mengenai pentingnya imunisasi rutin bagi anak, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama perilaku BAB di jamban.
Kemenkes menegaskan, penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan dan tidak ada obatnya, namun mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap dan imunisasi rutin. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban yang sesuai standar, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air matang untuk makan dan minum.
”Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin bagi anak-anak sesuai jadwal, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” tutup Dirjen Maxi. (yd)