Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
PONTIANAK INFORMASI, Nasional – Ledakan bom terjadi di SMA Negeri 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat siang, 7 November 2025, yang mengakibatkan puluhan siswa mengalami luka-luka. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa total korban mencapai 96 orang, dengan 29 korban masih dirawat intensif di rumah sakit. Korban dirawat di tiga rumah sakit, yaitu RS Islam Cikini, RS Yarsi, dan RS Pertamina, dengan kondisi umumnya membaik dan sebagian masih semangat untuk melanjutkan sekolah.
Polisi telah mengamankan terduga pelaku yang merupakan siswa dari SMA tersebut. Kapolri menyatakan, “Informasi sementara menunjukkan bahwa terduga pelaku berasal dari lingkungan sekolah. Saat ini, salah satu yang sedang dioperasi adalah terduga pelaku,” kata Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers yang dilansir oleh BBC Indonesia. Motif pelaku masih dalam penyelidikan, namun diduga terkait dengan perundungan yang dialaminya.
Beberapa saksi dan siswa di sekolah menyebut bahwa pelaku sering menjadi korban bullying. Salah satu siswa, Sela, mengatakan, “Saya menduga siswa ini ingin balas dendam dan bunuh diri. Tadi saya lihat ada tiga jenis bom dan hanya dua yang meledak,” ucapnya. Pernyataan ini menguatkan dugaan polisi bahwa motif serangan tersebut adalah balas dendam akibat intimidasi.
Kepala Sekolah SMAN 72, Drs. Rahmat Hadi, menyatakan duka cita atas kejadian ini dan menegaskan bahwa pihak sekolah belum menerima laporan resmi tentang bullying dengan tingkat serius. “Kami sangat berduka dan akan mengevaluasi sistem pengawasan serta layanan konseling di sekolah demi menciptakan lingkungan yang lebih aman,” kata dia dalam konferensi pers.
Saat kejadian, ledakan terjadi di lingkungan masjid sekolah pada waktu salat Jumat, memicu kepanikan di kalangan siswa dan guru. Video amatir menunjukkan suasana panik saat siswa lari berhamburan dan membantu korban yang terluka. Polisi juga menemukan bahwa senjata yang dibawa berupa senjata mainan, menegaskan bahwa bom yang meledak adalah rakitan.
Pihak kepolisian terus melakukan olah Tempat Kejadian Perkara dan investigasi mendalam dengan melibatkan tim Gegana dan laboratorium forensik untuk memastikan bahan peledak serta mengungkap motivasi di balik peristiwa tersebut. Penyelidikan juga fokus pada bagaimana pelaku mendapatkan bahan peledak tersebut dan jaringan lain jika ada.
Tragedi ini menjadi peringatan penting bagi lingkungan sekolah untuk lebih serius menangani masalah bullying dan keamanan siswa. Pihak sekolah dan aparat kepolisian berjanji akan memperkuat pengawasan dan menindak tegas segala bentuk perundungan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
