PONTIANAK INFORMASI, NASIONAL – Korban tewas akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang bertambah, update terbaru jumlah korban tewas 182 orang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Unggahan akun Twitter Arema Indonesia @AremaFC pada Minggu (2/10) siang juga mengkonfirmasi jumlah korban yang tewas bertambah jadi 182 orang.
“Data terkumpul korban jiwa mencapai 182 orang. Kami masih terus membantu proses rekapitulasi dan verifikasi terutama korban tanpa identitas yang jumlahnya terus bertambah,” cuit akun fans Arema Itu.
Satu Indonesia berduka cita akan tragedi tersebut. Kini, tagar #PrayforKanjuruhan trending di Twitter
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) turut menyampaikan ungkapan rasa duka yang mendalam tragedi mematikan itu.
“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas tragedi sepakbola yang membawa korban jiwa di Kanjuruhan, Malang, tadi malam,” ujar Presiden Jokowi dalam unggahan Twiternya.
Presiden Jokowi juga menyesalkan tragedi tersebut. Ia pun berharap tragedi yang terjadi ini menjadi yang terakhir kali terjadi di sepak bola tanah air.
“Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang,” katanya.
“Sportivitas, rasa kemanusiaan, dan rasa persaudaraan bangsa Indonesia harus kita jaga bersama,” tegas Presiden menambahkan.
Selain memerintahkan PSSI untuk menghentikan liga, Jokowi juga memerintahkan Menpora untuk, Kapolri, serta Ketua Umum PSSI untuk mengevaluasi tragedi tersebut.
“Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri dan ketua umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya,” ungkap Presiden Jokowi.
“Khusus kepada Kapolri saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini,” tambahnya.
Sebelumnya, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi usai suporter Arema memasuki lapangan karena timnya kalah 2-3 dari Persebaya, Sabtu (1/10l malam. Insiden itu pun direspons oleh polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.
Namun, gas air mata itu tak hanya ditembakkan suporter yang masuk lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter. Akibatnya tembakkan gas air mata itu, massa penonton pun berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas, penumpukan massa, terinjak-injak, hingga ada yang meninggal dunia. (yd)