PONTIANAK INFORMASI, INTERNASIONAL – Hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Utara kembali memanas setelah seorang tentara AS, Travis King, diyakini ditahan oleh otoritas Korea Utara. Insiden ini terjadi ketika King diduga secara sengaja melintasi perbatasan.
“Dia melintasi perbatasan dengan sengaja dan tanpa izin,” kata juru bicara Pasukan AS di Korea, Kolonel Isaac Taylor seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (19/7/2023).
Kolonel Isaac Taylor menyatakan bahwa King telah melakukan pelanggaran dengan melintasi perbatasan tanpa izin resmi.
Saat peristiwa itu terjadi, King sedang mengikuti tur orientasi Area Keamanan Bersama (JSA) yang merupakan bagian dari wilayah yang dijaga ketat oleh otoritas Korea Utara.
Kini, dia berada dalam tahanan pihak Korea Utara dan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah berusaha untuk menyelesaikan insiden ini melalui kerja sama dengan militer Pyongyang.
Pihak Amerika Serikat, termasuk Kepala Pentagon Lloyd Austin, menyatakan keprihatinan atas kasus ini dan sedang mengawasi perkembangan situasi dengan cermat. Mereka juga berusaha untuk memberi tahu keluarga dan kerabat King mengenai situasi yang sedang berlangsung.
Sebelumnya, CBS News melaporkan bahwa King sebenarnya sudah dikawal pulang ke Amerika Serikat karena alasan disipliner. Namun, dalam kejadian yang mengejutkan, King berhasil meninggalkan bandara dan bergabung dengan rombongan tur, sehingga akhirnya sampai di wilayah Korea Utara.
Korea Utara sendiri telah menutup perbatasannya sejak awal pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan belum membukanya kembali. Kehadiran keamanan di wilayah perbatasan di JSA juga telah berkurang secara signifikan. Meskipun tidak terlihat adanya penjaga dari Korea Utara di wilayah tersebut ketika kunjungan oleh AFP awal tahun ini, protokol gencatan senjata tetap menghambat personel dari Korea Selatan dan AS untuk melintasi perbatasan dan menjemput tentara AS yang masuk ke wilayah Korea Utara.
Reaksi Korea Utara terhadap insiden ini masih belum jelas. Purnawirawan letnan kolonel Angkatan Darat AS, Steve Tharp, yang berada di area JSA, mengungkapkan ketidakpastiannya terhadap respon Korea Utara terhadap kasus ini. (ad)