PONTIANAK INFORMASI, INTERNASIONAL – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyalahkan video game sebagai salah satu penyebab utama dari gelombang kerusuhan yang melanda negara tersebut, terutama yang dilakukan oleh remaja.
Pernyataan Macron ini muncul setelah terjadinya kerusuhan besar di Prancis usai seorang remaja berusia 17 tahun ditembak mati oleh polisi. Menurut Marcon, remaja-remaja yang terlibat dalam kerusuhan ini meniru tindakan kekerasan yang mereka lihat dalam video game.
Dalam sebuah rapat krisis keamanan yang dipimpin oleh Macron pekan lalu, ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi sosial yang terjadi di beberapa kota di Prancis. Kerusuhan tersebut dimulai setelah kematian Nahel M (17) yang ditembak oleh polisi di Nanterre pada tanggal 27 Juni lalu. Macron menyebut kematian tersebut sebagai sesuatu yang tidak bisa dimaafkan, namun ia juga menekankan pentingnya meredam unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan agar keadilan bisa ditegakkan.
Salah satu fakta menarik yang diungkapkan oleh Macron adalah bahwa sekitar sepertiga dari perusuh yang telah ditangkap adalah remaja yang masih “muda atau sangat muda”. Bahkan, serikat kepolisian Prancis melaporkan bahwa banyak dari perusuh yang ditangkap baru berusia 14 atau 15 tahun.
Macron kemudian menghubungkan situasi ini dengan penggunaan media sosial dalam mengorganisir unjuk rasa, serta menyalahkan video game sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi banyaknya remaja yang terlibat dalam kerusuhan di Prancis.
Menurut laporan yang dikutip dari media nme.com, Macron berpendapat bahwa video game yang penuh dengan adegan kekerasan dapat memicu “terputusnya hubungan dengan kenyataan”. Ia juga mengklaim bahwa para demonstran muda ini “memerankan video gams yang telah meracuni pikiran mereka”.
Dalam menghadapi situasi ini, Macron mengajak para orangtua untuk lebih memperhatikan aktivitas anak-anak mereka dan menjauhkan mereka dari potensi pembuat kerusuhan di jalanan.
“ini menjadi tanggung jawab para orangtua untuk menjaga mereka (demonstran) tetap di rumah. Bukan tugas negara untuk bertindak menggantikan mereka (orangtua-red),” kata Macron seperti dikutip dari detikcom. (ad)