Donald Trump (Foto : REUTERS/Carlos Barria/Pool)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan dunia setelah pernyataannya yang kontroversial terkait ancaman membombardir Moskow jika Rusia menyerang Ukraina. Rekaman audio yang berisi ancaman tersebut bocor ke publik dan memicu beragam reaksi, baik dari Rusia maupun komunitas internasional.
Pada sebuah acara penggalangan dana kampanye pada tahun 2024, Trump secara terang-terangan mengungkapkan bahwa dirinya pernah memperingatkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengenai konsekuensi fatal jika Rusia benar-benar menginvasi Ukraina. Dalam rekaman yang dilansir dari CNN Indonesia, Trump berkata, “Dengan Putin saya bilang, ‘Kalau kamu masuk ke Ukraina, saya akan bombardir Moskow habis-habisan. Saya bilang, saya tidak punya pilihan.’ Lalu [Putin] bilang, ‘Saya tidak percaya.’ Tapi dia percaya saya sekitar 10 persen”.
Pernyataan ini menjadi bagian dari isi buku terbaru berjudul “2024” yang ditulis oleh tiga jurnalis Amerika Serikat, yang mendokumentasikan berbagai komentar Trump dalam forum tertutup kepada para pendonor kaya. Selain itu, Trump juga mengaku pernah menyampaikan ancaman serupa kepada Presiden China, Xi Jinping, jika China berani menginvasi Taiwan. “Dia pikir saya gila. Tapi kami tidak pernah punya masalah,” ujar Trump mengenai reaksi Xi Jinping.
Respons Kremlin
Menanggapi rekaman dan pernyataan keras Trump, pihak Kremlin memilih untuk bersikap tenang. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, “Kami menanggapinya dengan cukup tenang,” seperti dilansir dari Republika yang mengutip pernyataan Peskov kepada media Rusia RT. Ia menambahkan bahwa pemerintah Rusia tetap berkomitmen untuk melanjutkan dialog dengan Washington dan memperbaiki hubungan bilateral yang rusak parah.
Peskov juga menegaskan bahwa gaya komunikasi presiden Amerika Serikat memang kerap keras dalam pemilihan kata-kata. Namun, ia menilai bahwa yang lebih penting adalah komitmen kedua negara untuk mencari solusi diplomatik atas konflik yang terjadi, khususnya di Ukraina. “Ini adalah sesuatu yang telah kami [Rusia] bicarakan sejak awal karena masalah seperti ini mustahil diselesaikan dalam semalam,” ujar Peskov.
Reaksi Lain dan Implikasi
Ancaman Trump ini bukan hanya menuai respons dari Rusia, tetapi juga menjadi perhatian internasional. Banyak pihak menilai pernyataan tersebut sebagai bagian dari strategi retorika Trump yang dikenal blak-blakan, namun juga menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik global jika pernyataan tersebut benar-benar diwujudkan.
Gedung Putih sendiri enggan mengomentari lebih jauh terkait keaslian rekaman audio tersebut, sementara sejumlah analis menilai bahwa sikap keras Trump lebih ditujukan untuk menunjukkan ketegasan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman dari negara-negara besar seperti Rusia dan China.
Dengan mencuatnya kembali isu ini, hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia diprediksi akan tetap tegang, meski kedua belah pihak menyatakan komitmen untuk terus membuka jalur komunikasi dan dialog demi mencegah konflik yang lebih besar di masa mendatang.
