PONTIANAK INFORMASI, POLITIK – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto menyebutkan bahwa hasil Pemilu dan Pilpres 2024 sudah diketahui sebelum pemungutan suara dilakukan pada 14 Februari lalu.
Dalam sebuah wawancara khusus di salah satu stasiun televisi swasta pada Minggu (17/3), Hasto Kristiyanto menyamakan kondisi pemilu kali ini dengan masa pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Menurutnya, masyarakat sudah mengetahui pemenangnya bahkan sebelum pemungutan suara dilakukan.
“Pemilu sudah direkayasa bahkan orang sudah tahu hasilnya sebelum pemilu dilakukan. Pemilu kali ini kan juga sebenarnya sudah diketahui hasilnya,” ucap Hasto.
Hasto Kristiyanto merujuk pada pernyataan pengamat politik Muhamad Qodari pada 5 Januari, yang menyebut suara Ganjar Pranowo-Mahfud MD hanya mencapai 17 persen. Menurut Hasto, hal itu sesuai dengan audit forensik internal pihaknya terhadap KPU.
Hasto juga mengungkapkan bahwa menurut data dari Sirekap KPU, secara sistem telah mengunci suara Ganjar-Mahfud hanya di angka 17 persen. Namun, menurut analisis dari ahli IT pada tanggal 16 Februari, perolehan Ganjar-Prof Mahfud sudah mencapai 33 persen, sementara Prabowo 43 persen.
Menurut Hasto, dalam Sirekap KPU, secara sistem telah mengunci suara Ganjar-Mahfud hanya di angka 17 persen.
Menurut Hasto, Pilpres 2024 seharusnya bisa berlangsung dalam dua putaran. Hasto mengaku tak menemukan logika Pilpres 2024 akan berlangsung dalam satu putaran, apalagi dengan melihat dinamika politik yang terjadi sebelumnya.
“Enggak ada logika satu putaran. Baik berdasarkan hasil pergerakan, terutama setelah debat capres-cawapres, yang memberikan preferensi terhadap Ganjar-Mahfud, kemudian melihat persoalan korupsi yang meluas,” kata Hasto. (ap)