(Foto : Istimewa)
PONTIANAK INFORMASI, Nasional – Samarinda kembali menjadi sorotan publik setelah insiden dugaan intimidasi yang dilakukan oleh ajudan Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, terhadap sejumlah wartawan. Kejadian ini berlangsung saat sesi wawancara doorstop di Kantor Gubernur Kalimantan Timur pada Senin, 21 Juli 2025. Tindakan tersebut direkam dan viral di media sosial, sehingga menuai kecaman luas dari komunitas pers dan masyarakat sipil.
Menurut laporan DetikKaltim, salah satu wartawan bernama Fatih menjadi korban intimidasi. Ia menceritakan bahwa awalnya hanya melakukan peliputan rutin. Namun, ajudan gubernur secara agresif melakukan intervensi ketika pertanyaan yang diajukan dianggap sensitif. “Kutandai Mas Yang Ini,” demikian pengakuan Fatih soal pernyataan bernada ancaman yang diterimanya. Pernyataan tersebut juga disebutkan kembali oleh Ketua IJTI Kaltim, Prio Fuji Mustopan.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim, Abdurrahman Amin, mengecam keras insiden tersebut. Dalam keterangan yang dikutip dari MetroTVNews, Amin menegaskan, “Kalau pertanyaannya menyangkut tugas dan kewenangan publik, tidak ada alasan untuk dihalangi. Kalau pun tidak ingin menjawab, lebih baik sampaikan secara elegan, bukan dengan intimidasi”.
Sikap protes juga datang dari Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kaltim. Mereka menilai tindakan represif semacam itu berpotensi mencederai kebebasan pers di Indonesia. “Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa kerja-kerja jurnalistik sangat penting dalam hal bernegara, karena media massa juga memiliki peran pengawas terhadap kekuasaan…” ujar Prio Fuji Mustopan sebagaimana dinyatakan Detakkaltim.com.
Publik mendesak agar Pemerintah Provinsi Kaltim segera memberikan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka. Mereka juga berharap adanya evaluasi standar operasional pengamanan pejabat pemerintah supaya insiden serupa tidak terulang. Dorongan tersebut mengedepankan pentingnya jaminan keamanan bagi para pekerja media.
Menanggapi kegaduhan yang terjadi, Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, menyayangkan tindakan ajudannya dan menyatakan tidak sedikit pun berniat membatasi kerja jurnalis. Rudy menegaskan, “Kami ingin memastikan bahwa kerja-kerja jurnalis tetap dihormati dan dilindungi oleh siapa pun”.
Insiden ini membuka ruang refleksi bagi seluruh pejabat publik akan pentingnya menghargai profesi wartawan dan kebebasan pers. Peringatan dari organisasi jurnalis dan tekanan publik diharapkan menjadi momentum agar praktik intimidasi terhadap pekerja media tidak lagi terjadi di masa mendatang.
