PONTIANAK INFORMASI, NASIONAL – Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun Panji Gumilang melayangkan gugatan Rp 1 triliun kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Wakil Ketua Umum (Waketum MUI) Anwar Abbas. Selain menggugat, Panji juga akan melaporkan Anwar Abbas ke polisi.
“Kami penasihat hukum pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun mengajukan gugatan kepada Anwar Abbas dan MUI sebagai turut tergugat. Dalam surat gugatan kami uraikan semua hal yang harus diuraikan, dan kami juga menuntut ganti rugi sebesar Rp 1 rupiah dan Rp 1 triliun atas kerugian material dan imateriel,” kata pengacara Panji Gumilang, Hendra Efendi, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (11/7/23).
Tak hanya menggugat, Hendra mengatakan bahwa pihaknya juga berencana melaporkan Anwar Abbas ke polisi.
“Bahwa selain gugatan perdata, kami akan melaporkan Anwar Abbas ke pihak kepolisian sebagaimana para wali santri melaporkan Saudara Ken Setiawan ke pihak kepolisian, walau sampai release ini disampaikan pihak Bareskrim belum mem-follow up laporan para wali santri, sementara laporan Ken Setiawan menjadi salah satu dasar Bareskrim untuk memeriksa klien kami,” ujarnya pula.
Menurut Hendra, Panji Gumilang melayangkan gugatan kepada Anwar Abbas dan MUI karena merasa disudutkan.
Hendra menilai MUI dan Anwar Abbas diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan melontarkan tuduhan yang hanya berdasarkan potongan video di TikTok. Hendra menegaskan bahwa Panji Gumilang tidak seperti yang dikatakan MUI dan Anwar Abbas.
“Bahwa karena klien kami merasa dijustifikasi, disudutkan, dihina, karena yang bersangkutan tidak seperti yang dituduhkan oleh Anwar Abbas, sementara penyampaian klien kami adalah dalam rangka pembinaan terhadap santri yang tamat pendidikannya dan akan terjun ke masyarakat. Dalam pembinaan akhir kepada para santri yang tamat tersebut, klien kami menyatakan betapa hebatnya sosok muda dari China, seorang pengusaha yang performance-nya sangat menarik, namun saat ditanya oleh klien kami tentang apa agamanya, tamu dari China tersebut menyatakan dia seorang Buddhist, Nasrani, atau Hindu, melainkan jawabannya adalah ‘saya komunis’. Dan jawaban tersebut disampaikan ke santri-santri yang akan meninggalkan Al-Zaytun,” kata Hendra. (ad)