Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan kesiapannya untuk menyerang Taliban bila Afghanistan kembali menjadi rumah terorisme. Hal ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg seusai faksi religius dan politik ultrakonservatif itu kembali menguasai Afghanistan.
Kepada Wartawan Reuters, Jens Stoltenberg mengatakan bahwa Taliban yang mengambil alih kekuasaan pemerintah Afghanistan harus bertanggung jawab untuk memastikan para teroris internasional tidak bersarang di negara tersebut.
“Mereka yang sekarang mengambil alih kekuasaan memiliki tanggung jawab untuk memastikan bawah teroris internasional tak mendapat tempat,” ujar Jens, mengutip dari Reuters (17/8).
Peringatkan Taliban, Jens mengaku pihaknya memiliki kemampuan untuk menyerang dari jarak jauh.
“Kami punya kemampuan untuk menyerang dari jarak jauh, jika kami menyaksikan kelompok teroris kembali mencoba membangun diri mereka sendiri, merencanakan dan mengatur serangan terhadap sekutu NATO dan negara mereka,” tambahnya.
Diketahui bahwa operasi militer pertama NATO di luar Eropa terjadi pada tahun 2001.
Dalam kesempatan itu, mereka mengerahkan ribuan tentara untuk bertempur melawan Al-Qaeda, kelompok teror yang dipimpin Osama Bin Laden bertanggung jawab atas serangan 9/11 di Amerika Serikat. Osama Bin Laden merupakan satu di antara gerilyawan Taliban.
Kemudian pada Mei 2021, NATO mengakhiri operasi militer yang dilakukan hampir dua dekade itu. Setelah penarikan pasukan tersebut, Taliban dengan cepat bergerak dan merebut kota-kota terbesar di Afghanistan hanya dalam waktu beberapa hari.
Melansir dari Reuters, pengambil alihan ibu kota secara tiba-tiba itu membuat ribuan orang berlari menuju bandara. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari Taliban yang diprediksi akan menerapkan sistem ultrakonservatif seperti pada tahun 1996-2001.
Salah seorang jurnalis Afghanistan di Brussel bertanya kepada Jens Stoltenberg terkait respon dunia Barat dengan situasi terkini di Afghanistan.
Dalam wawancaranya, Stoltenberg meminta Taliban untuk memfasilitasi keberangkatan semua orang yang ingin meninggalkan negara itu. Dia juga mengatakan sekutu pertahanan Barat setuju mengirim lebih banyak pesawat evakuasi ke Kabul.
Sebelumnya, Taliban berhasil memasuki Kabul dan menduduki istana kepresidenan Taliban pada hari Minggu (15/8). Namun, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memilih angkat kaki dan kabur ke luar negeri guna menghindari pertumpahan darah di sana.
Lebih lanjut, Ghani juga menyatakan bahwa Taliban sudah memenangkan seluruh pertempuran. Ia menegaskan, Taliban memiliki tanggung jawab untuk melindungi kehormatan, kemakmuran dan harga diri rakyat Afghanistan.
Dalam konferensi pers pertama seusai menduduki Istana, Taliban menyatakan keinginannya untuk membentuk pemerintahan terbuka dan melibatkan perempuan.
(Reuters)