PONTIANAK INFORMASI, LOKAL – Ketua Komisi III DPRD Kalbar, Syarif Ishak Ali Almutahar mengatakan bahwa proyeksi resesi ekonomi pada tahun 2023 akan berimplikasi pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi.
Menurut dia, daerah seperti Kalbar juga perlu waspada. Meskipun dia percaya, kemampuan memanage keuangan di tengah ancaman resesi global tak terlalu berpengaruh bagi Kalbar.
“Kami optimis Kalbar bisa lewati kalaupun terjadi resesi,” ujarnya optimistis, beberapa waktu lalu.
Syarif Ishak menyebut resesi sendiri tergantung jenisnya. Jika yang terjadi adalah demand recession, maka dampaknya sebentar. Namun, resesi yang dikhawatirkan adalah ketika menuju depresi.
Misalnya, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi beberapa negara negatif. Jelas saja akan berpengaruh kepada setiap negara, termasuk daerah juga. Terjadi pelemahan ekonomi.
Menurutnya, hal itu bisa berlangsung lebih lama dan tentu saja akan berdampak pada berbagai sektor. Sektor cenderung stabil misalnya perindustrian termasuk sektor konsumen non-primer, teknologi, dan infrastruktur akan tetap stagnan, karena cukup kuat.
“Sektor ini termasuk urusan perut. Beras, ikan, daging dan sayur mayur, dan berbagai kebutuhan makan minum manusia. Ini aka cenderung stabil dan meningkat tajam. Saya pikir warga Kalbar bisa memanfaatkan momen resesi. Banyak aneka tanaman pertanian dan perkebunan di Kalbar yang dapat dimanfaatkan secara menyeluruh,” paparnya.
Sektor lain yang naik ketika resesi atau bersifat defensif ketika resesi. Sektor-sektor ini diprediksi mengalami kenaikan ketika resesi, seperti barang baku dan konsumen primer. Selain itu sektor energi termasuk kesehatan.
Di sisi lain, ada sektor yang kemungkinan mengalami penurunan saat resesi. Sektor-sektor yang turun saat resesi akan bergerak pada tiga kondisi, yaitu cyclical, defensif, dan stabil atau stagnan.
“Untuk cyclical itu sangat sensitif terhadap perekonomian, jadi kalau perekonomian naik, dia ikut naik, kalau ambruk ikut ambruk,” jelas dia.
Menurutnya, yang termasuk dalam kategori tersebut adalah sektor properti. Sebab properti bukan kebutuhan prioritas di saat-saat resesi.
“Kalau transportasi dan logistik saya kira juga cyclical, apalagi produk investasi kemungkinan menurun lah,” pungkasnya.