PONTIANAK INFORMASI, INTERNASIONAL – Bentrokan yang terjadi di Paris, Prancis baru-baru ini telah menimbulkan kekacauan dan kerugian yang signifikan bagi masyarakat dan fasilitas umum di sekitarnya. Kelompok pendemo yang tidak terkontrol melakukan serangan terhadap mal, kantor cabang bank, dan toko-toko, mengakibatkan kerusakan parah serta kehancuran fasilitas-fasilitas tersebut.
Menteri Perekonomian Prancis, Bruno Le Maire, mengutuk keras aksi kekerasan ini. Menurut laporan dari New York Times, Le Maire melaporkan bahwa sebanyak 12 mal, 250 kantor cabang bank, dan 200 toko menjadi sasaran serangan tersebut. Fasilitas-fasilitas ini mengalami kerusakan yang cukup parah akibat pembakaran dan penghancuran yang dilakukan oleh para pendemo.
Le Maire dengan tegas menyatakan bahwa tindakan ini tidak dapat dimaafkan karena telah mengganggu perdagangan dan bisnis negara. Untuk mengatasi konsekuensi dari kekacauan ini, perusahaan asuransi juga telah diminta untuk mempercepat penyelesaian klaim yang diajukan.
Bentrokan ini juga menyebar hingga ke luar negeri, termasuk Guyana France, di mana seorang pegawai pemerintah dilaporkan tewas akibat peluru nyasar. Pejabat di negara tersebut menyatakan keprihatinan mereka atas eskalasi kekerasan yang meluas dari Paris.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terpaksa menunda kunjungan kenegaraannya ke Jerman sebagai akibat dari aksi protes yang terjadi di Prancis. Ini bukanlah pertama kalinya Macron melakukan penundaan kunjungan kenegaraan karena protes. Pada bulan Maret sebelumnya, ia juga menunda kunjungan akibat protes terhadap rencana perbaikan sistem jaminan pensiun di negara tersebut.
Pemerintah Prancis mencatat bahwa aksi protes ini tampaknya telah mereda jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Namun, dampak kerusuhan tersebut masih terasa. Lebih dari 1.300 orang ditangkap karena mengacaukan kota, ratusan mobil terbakar, bangunan dirusak, dan banyak toko yang dijarah.
Warga Prancis menyalahkan tindakan keras dan diskriminasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap orang miskin yang tinggal di pinggiran kota. Untuk meredam aksi kekerasan, pemerintah terus mengirimkan pasukan kepolisian dan menerapkan kebijakan penutupan layanan transportasi umum pada malam hari. Beberapa kota bahkan telah memberlakukan jam malam.
Dalam upaya untuk mengatasi situasi ini, sekitar 45.000 petugas keamanan dilibatkan dengan menggunakan kendaraan lapis baja. Kementerian Dalam Negeri Prancis telah memerintkan penutupan layanan bus dan trem, sedangkan acara-acara yang melibatkan banyak orang juga telah dibatasi di Prancis.
Perayaan Pride di Marseille dan konser penyanyi Mylene Farmer di Stade de France adalah beberapa contoh acara yang terkena dampak pembatasan ini.
Sebelumnya, seorang remaja berusia 17 tahun ditembak mati oleh polisi setempat karena melanggar undang-undang lalu lintas. Peristiwa tersebut menjadi pemicu kerusuhan di Prancis. (ad)