Foto: The New York Times
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Zohran Mamdani resmi terpilih sebagai wali kota Muslim pertama di New York City, pada pemilihan yang digelar pada Selasa (4/11/2025) waktu setempat. Kemenangan Mamdani mencatatkan sejarah baru bagi kota terbesar di Amerika Serikat, sekaligus menandai perubahan politik signifikan di tengah perdebatan nasional yang tengah berlangsung. Dilansir dari detikNews, Mamdani meraih lebih dari 50 persen suara dan mengungguli dua kandidat lainnya, termasuk mantan Gubernur New York Andrew Cuomo yang menjadi lawannya dalam pemilihan tersebut.
Dalam pidato kemenangannya, Mamdani menegaskan bahwa masa depan politik New York harus berpihak pada banyak orang, bukan segelintir elit. “Biarlah malam ini menjadi saat terakhir saya menyebut nama lawan saya, karena kita kini menutup bab lama politik yang melayani segelintir orang dan mengabaikan banyak lainnya,” ujarnya, merujuk pada Cuomo. Ia juga menegaskan akan membangun pemerintahan yang inklusif untuk semua warga, termasuk komunitas Yahudi dan lebih dari satu juta Muslim di kota tersebut. “Kita tidak akan lagi menjadi kota di mana seseorang bisa menyebarkan Islamofobia dan tetap memenangkan pemilu,” katanya, dilansir Associated Press.
Zohran Mamdani, yang berusia 34 tahun dan lahir di Uganda, adalah sosialis muda dan imigran yang besar di New York City. Selama kampanye, ia menyoroti isu pengurangan biaya hidup warga sebagai fokus utama. Dengan gaya yang santai dan ramah di media sosial, Mamdani berhasil mendapatkan dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat. Ia juga menegaskan bahwa New York akan tetap menjadi kota para imigran. “Kota ini dibangun oleh imigran, dijalankan oleh imigran, dan mulai malam ini, dipimpin oleh seorang imigran,” katanya.
Kemenangan Mamdani tidak lepas dari kontestasi politik yang keras, termasuk serangan bernada anti-Muslim dari lawan politik. Menanggapi hal ini, Mamdani tegas menyatakan, “Saya muda dan saya seorang Muslim. Saya menolak meminta maaf karena menjadi seorang Muslim,” dilansir Associated Press. Pernyataan itu menegaskan keberanian dan keyakinannya dalam menjalankan tugas sebagai wali kota dengan identitas yang dimilikinya.
Mamdani pula mengajak warga New York untuk mengakhiri sentimen anti-Muslim yang masih melekat kuat di kota tersebut. Ia menyebutkan bagaimana pengalaman hidupnya sebagai Muslim yang sering menjadi sasaran diskriminasi dan stereotip negatif, khususnya setelah peristiwa 11 September 2001. “Tumbuh besar di bawah bayang-bayang peristiwa 9/11 membuat saya tahu apa artinya hidup dalam suasana curiga di kota ini,” katanya.
Dalam menutup pidatonya, Mamdani mengutip mantan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, “Kadang dalam sejarah, datang saat ketika kita melangkah dari masa lalu ke masa depan, ketika jiwa sebuah bangsa yang lama tertindas akhirnya menemukan suaranya.” Ia meyakinkan bahwa New York akan menjadi cahaya di tengah kegelapan politik dan akan bekerja tanpa lelah untuk memastikan keadilan dan keamanan berjalan beriringan bagi seluruh warga kota.
Kemenangan Mamdani menjadi momentum penting tidak hanya untuk New York tapi juga bagi representasi Muslim dan imigran di panggung politik Amerika Serikat, sekaligus menunjukkan sikap tegas menolak diskriminasi dan memperjuangkan keterbukaan dan keadilan sosial di kota besar itu.
