(Foto : Phnom Penh Post)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memuncak. Dua negara bertetangga di Asia Tenggara ini terjebak dalam aksi saling serang mematikan yang terjadi sejak Kamis pagi, 24 Juli 2025. Konflik bersenjata yang meletus di kawasan perbatasan lama, terutama di sekitar Segitiga Zamrud dan Kuil Ta Moan Thom, menyebabkan korban jiwa dan pengungsian massal warga sipil.
Menurut laporan CNN Indonesia, pemerintah Kamboja menuduh Thailand sebagai pemicu eskalasi, menyusul insiden penyerangan terhadap seorang prajurit Kamboja di kompleks Candi Ta Muen Thom. “Ini adalah pelanggaran terhadap hukum internasional dan kebenaran sejarah. Candi Ta Moan Thom merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa kami, dan klaim kami atas wilayah itu telah diakui dalam Konvensi Prancis-Siam 1907,” tegas pemerintah Kamboja.
Sebaliknya, militer Thailand menuding Kamboja-lah yang pertama kali menyerang posisi Thailand menggunakan artileri dan roket, hingga menewaskan 13 warga sipil dan seorang tentara di pihak Thailand. “Pasukan Kamboja melakukan serangan yang menyasar warga sipil. Kami merespons untuk mempertahankan wilayah dan keselamatan masyarakat,” ujar Ritcha Suksuwanon, wakil juru bicara Angkatan Darat Thailand, yang dikutip oleh Reuters.
Situasi semakin memanas setelah Thailand melancarkan serangan udara menggunakan jet tempur F-16 ke posisi militer Kamboja sebagai balasan atas serangan roket dan tembakan artileri yang sebelumnya diluncurkan pihak Phnom Penh. Bentrokan sengit tercatat terjadi di banyak titik sepanjang garis perbatasan, di antaranya di Provinsi Surin, Sisaket, dan kawasan Kuil Ta Moan Thom.
Krisis ini mendorong evakuasi besar-besaran; lebih dari 40.000 warga dari 86 desa harus mencari perlindungan ke tempat yang lebih aman sebagaimana disampaikan pejabat Thailand. Sementara di sisi Kamboja, serangan balasan diklaim sebagai langkah mempertahankan diri atas provokasi dari Thailand. Pemerintah Kamboja secara resmi membawa kasus ini ke Dewan Keamanan PBB, menyebut konflik mengancam perdamaian kawasan.
Kedua negara kini saling menarik duta besar dan menurunkan tingkat hubungan diplomatik. Bahkan, akses perbatasan sepenuhnya ditutup oleh Thailand, sedangkan Kamboja mendesak Thailand untuk “segera menghentikan semua aksi militer dan menarik pasukan ke wilayahnya sendiri” demi keamanan rakyat mereka, sesuai dengan pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Kamboja.
Konflik perbatasan ini menyoroti sengketa sejarah yang sudah berlangsung selama lebih dari satu abad, diwarnai saling klaim wilayah dan warisan budaya, serta persaingan geopolitik. Di tengah kondisi yang kian genting, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan kedua negara untuk menahan diri dan menyelesaikan masalah melalui dialog damai. “Pertempuran harus dihentikan terlebih dahulu sebelum negosiasi dengan Kamboja,” ujar Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, dalam konferensi pers yang dikutip Reuters melalui CNN Indonesia.
