Zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korea Utara dan Selatan (Foto : AFP/ANTHONY WALLACE)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Rezim Kim Jong-Un memberikan reaksi keras seusai tentara Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan ke arah pasukan Korea Utara di perbatasan. Insiden tersebut terjadi pada Selasa (19/8/2025), bertepatan dengan latihan militer musim panas gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat yang sedang berlangsung.
Menurut Wakil Kepala Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Korea Utara, Ko Jong-chol, tembakan peringatan yang dilakukan oleh militer Korea Selatan merupakan provokasi serius yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. Ia menegaskan bahwa tindakan itu tidak bisa dianggap kecelakaan semata karena terjadi di saat pasukan Korut tengah memperkuat pertahanan perbatasan.
Dalam beberapa bulan terakhir, militer Korea Selatan memang kerap menggunakan pengeras suara dan tembakan peringatan untuk memukul mundur tentara Korea Utara yang melewati garis demarkasi militer. Namun tindakan keras yang dibalas dengan tembakan peringatan ini menjadi salah satu momen paling tegang dalam beberapa waktu terakhir.
Ko Jong-chol juga menjelaskan bahwa tentara Korea Utara saat insiden berlangsung sedang membangun penghalang anti-tank serta memasang ranjau sebagai bagian dari upaya memblokir perbatasan secara permanen. Hal ini mencerminkan upaya Pyongyang untuk mendisiplinkan wilayah perbatasannya yang semakin memanas.
Sementara itu, militer Korea Selatan menyatakan bahwa tindakan tembakan peringatan tersebut merupakan respons prosedural setelah puluhan tentara Korea Utara dilaporkan melanggar garis demarkasi militer. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengungkapkan bahwa pihaknya selalu memantau aktivitas militer Korea Utara dengan cermat dan bertindak sesuai prosedur untuk menjaga stabilitas perbatasan.
Reaksi keras dari rezim Kim Jong-Un ini juga menjadi pengingat bahwa situasi di Semenanjung Korea masih sangat rawan dan bisa memicu konfrontasi lebih lanjut. Ko Jong-chol memperingatkan bahwa pihaknya siap menghadapi segala bentuk provokasi dan bertekad mempertahankan kedaulatan secara tegas.
Insiden tembakan peringatan terakhir ini menjadi sorotan dunia, mengingat kedua Korea secara teknis masih berstatus berperang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Ketegangan di perbatasan marak dengan aktivitas militer yang saling balas dan siap siaga yang menunjukkan bahwa potensi konflik tidak boleh diabaikan begitu saja.
