PONTIANAK INFORMASI, LOKAL – Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalbar, Suib mendorong mahasiswa untuk terus mempertahankan sikip kritis. Pasalnya hal tersebut diperlukan untuk mengawal pembangunan daerah.
Dia mengatakan, pembangunan daerah memerlukan peran serta semua pihak. Tak terkecuali mahasiswa. Apalagi, sejumah persoalan masih melanda Kalbar.
Misalnya saja persoalan pupuk.
“Kalbar sebagai daerah perkebunan dan pertanian mestinya benar-benar didukung pemerintah. Namun, kenyataannya pupuk yang menjadi kebutuhan dasar petani langka sampai saat ini,” katanya, saat Rakerwil BEM se-Kalbar, kemarin.
Dia pun mengaku kesal dengan Kementerian Pertanian, seharusnya kebutuhan pupuk Kalbar bisa dipenuhi. Namun, dari 100 persen kebutuhan pupuk hanya 40 persen yang dipenuhi.
Suib melanjutkan, sektor pertanian sangat bergantung dengan pupuk. Namun, untuk membeli pupuk yang non subsidi harganya mahal.
“Ini kebijakan nasional. Karena kebijakan pupuk terpusat. Sehingga kita tak bisa berbuat banyak,” ujarnya.
Selain pupuk, persoalan infrastruktur tak kalah penting untuk disuarakan. Kalbar dengan provinsi yang luas satu setengah Pulau Jawa memiliki potensi luar biasa.
“Kenapa kondisi infrastruktur kita seperti ini. Beda dengan Kaltim. Karena itu, pemerataan infrastruktur ini harus menjadi perhatian. Tak mungkin jadi Indonesia Emas kalau pemerataan infrastruktur belum terjadi,” katanya.
Karena itu, dia pun mengajak mahasiswa untuk untuk mengawal visi pembangunan Indonesia, lewat suara-suara kritis mahasiswa.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPRD Kalbar, Syarif Amin Muhammad menyebutkan, mendapatkan aduan kelangkaan pupuk subsidi dari petani di Kabupaten Mempawah dan Kubu Raya.
“Akibat kelangkaan yang bertahun terjadi tersebut membuat petani tak berdaya,” kata Amin, kemarin.
Informasi kelangkaan pupuk itu, dia dapatkan dalam reses yang digelar di Mempawah dan Kubu Raya, di 10 titik belum lama ini. Kelangkaan terjadi cukup lama.
“Sementara untuk membeli pupuk non subsidi petani tak mampu, karena harganya mahal,” jelasnya.