PONTIANAK INFORMASI, PONTIANAK – Menanggapi hasil Rapat Koordinasi Gerakan Aparatur Sipil Negara (ASN) Menanam Sayur bersama segenap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait beberapa hari lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak menggelar capacity building dengan melibatkan dua orang ASN dari masing-masing OPD. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pontianak Mulyadi berharap, masing-masing peserta dapat berbagi pengetahuan dan semangat menanam sayur kepada ASN lainnya hingga lingkungan rumah tangga.
“Ini adalah bagian kedua dari aksi bersama ASN dan kelompok masyarakat, Dharma Wanita serta TP-PKK untuk menanam sayur. Kemarin kita sudah melakukan capacity building untuk mahasiswa Universitas Panca Bhakti dan Universitas Tanjungpura,” terangnya usai membuka agenda Capacity Building ASN dalam Gerakan Menanam Komoditas Sayuran di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Wali Kota, Rabu (14/6/2023).
Agenda ini dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) untuk mengendalikan ASN. Mulyadi berujar, ASN harus berupaya menjadi tonggak awal perbaikan di daerah, salah satunya dengan menanam sayur ini. Dari ribuan jumlah pegawai daerah tersebut, secara perlahan diyakininya dapat mempengaruhi perilaku warga, jika dilakukan secara konsisten.
“Paling berpengaruh itu guru, mereka bisa menularkan dengan cepat kepada siswa dan siswi. Nanti anak-anak akan mengajak orang tuanya. Minimal, jika sudah ada sayur, kita tidak perlu lagi belanja sayur,” imbuhnya.
Aparatur di lingkungan Pemkot Pontianak akan melakukan penanaman secara serempak pada 19 Juni mendatang di Kantor Wali Kota Jalan Rahadi Usman. Beberapa komoditas sayur yang ditanam antara lain cabe rawit, cabe besar merah, sawi hijau, kangkung, bayam dan lain-lain yang masuk ke dalam komponen bergejolak atau biasa disebut volatile food.
Durasi menanam ditentukan sejak bulan Juli sampai September dan akan dinilai. Bagi perangkat daerah yang memiliki nilai tanam terbaik nantinya akan mendapatkan hadiah dan diumumkan saat Hari Jadi ke-252 Kota Pontianak.
“Inflasi kita akhir tahun lalu sempat naik, sehingga diminta arahan dari hasil rapat rutin TPIP untuk melakukan gerakan menanam. Walau sekarang sebenarnya sudah turun, namun semangat menanam komoditas sayur ini harus tetap digencarkan,”
Sementara itu, Abidin Abdul Haris, Deputi Kepala Perwakilan BI Kalimantan Barat menjelaskan, dampak buruk inflasi dapat menurunkan pendapatan riil masyarakat. Tak hanya itu, jika inflasi terus dibiarkan tinggi, kesejahteraan dari masing-masing individu juga menurun.
Tak ingin angka inflasi tinggi, pihaknya mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya ASN, untuk menggalakan gerakan menanam ASN seperti yang sudah dicanangkan.
“Naik dan turunnya inflasi menandakan keadaan ekonomi yang tidak stabil. Pelaku usaha pun ragu untuk memulai usahanya atau mungkin berinvestasi. Para petani kesulitan,” terangnya.
Kestabilan inflasi menjadi syarat pertumbuhan ekonomi di Kalbar. Menurutnya, inflasi yang sehat berada di angka tiga persen ke bawah untuk tahun 2023 dan 2,5 persen di tahun depan.
Dengan demikian, kepastian ekonomi lebih terjamin dan memudahkan pelaku ekonomi. Secara kolektif akan meningkatkan perekonomian warga di sekitar. Abidin menambahkan, inflasi di Pontianak masih di angka yang stabil.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), lanjutnya, perhitungan inflasi month-to-month (bulan ke bulan) di Pontianak berada di angka 0,3 persen. Meski tergolong rendah, ia menganggap angka itu masih bisa ditekan lagi.
“Angka ini sebetulnya stabil, tetapi masih relatif tinggi. Ini jadi tugas kita bersama untuk ditekan,” paparnya.
Bawang putih, sawi hijau dan kangkung merupakan tiga komoditas penyumbang inflasi di Pontianak dalam sebulan terakhir. Gerakan menanam sayur oleh ASN dinilainya sebagai langkah tepat pengendalian inflasi, sesuai dengan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dari BI.
Pihaknya juga akan menyumbangkan seribu bibit dan dibagikan kepada seluruh peserta capacity building.
“Nanti juga akan memberikan pelatihan dengan menghadirkan narasumber yang memahami penanaman melalui pupuk organik. Hal ini sesuai dengan permasalahan di Kalbar,” tutupnya. (rs)