PONTIANAK INFORMASI, PONTIANAK – How are you? Apa kabarmu ? Begitu sepenggal kalimat dalam Bahasa Inggris dan Indonesia yang ditulis Aaron Hauenschild (26) pada sebuah papan tulis berwarna putih. Kalimat itu diucapkan oleh anak-anak dengan menirukan apa yang diucapkan Aaron. Suasana akrab tercipta tatkala mahasiswa Universitas Leipzig Jerman ini berbaur bersama anak-anak untuk mengajarkan Bahasa Inggris di Panti Asuhan Pepabri di Jalan Harapan Jaya Kelurahan Kota Baru Kecamatan Pontianak Selatan, Senin (28/8/2023).
Kehadiran Aaron bersama Esie Hanstein, Anggota Pendiri dan Staf Ahli Proyek Senyum Cemerlang (PSC) di Pontianak dalam rangka mendedikasikan dirinya untuk membantu PSC dari Projekt Strahlendes Lächeln e.V., yakni sebuah Non Government Organization (NGO) yang berkedudukan di Leipzig, Jerman. PSC merupakan sebuah program sosial untuk membantu menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut anak-anak yatim piatu yang ada di panti asuhan. Proyek atau program ini dilaksanakan di tiga kota di Indonesia, yakni Makassar, Enrekang dan Pontianak.
Aaron mengatakan, kehadirannya ke Kota Pontianak untuk mendukung dan membantu PSC mencemerlangkan senyum adik-adik panti asuhan, termasuk memberikan pelajaran Bahasa Inggris gratis sebagai tambahan. Ia melihat bahwa anak-anak di panti asuhan juga perlu mempelajari Bahasa Inggris sebagai bekal mereka nanti. Sebagai bahasa internasional, Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa.
“Setidaknya, selain pelajaran umum lainnya, anak-anak juga bisa menguasai dan mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris ketika bertemu orang dari luar negeri,” ujarnya.
Ia merasa senang mendapat kesempatan mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak di panti asuhan. Ini pengalaman menarik dan dia melihat anak-anak menunjukkan minatnya belajar Bahasa Inggris.
“Saya sangat senang bisa mengajari anak-anak bahasa Inggris dan ini adalah pengalaman yang tak terlupakan selama saya berada di Pontianak,” tuturnya.
Sebagai tahap awal, Bahasa Inggris yang diajarkan masih sifatnya dasar-dasar untuk anak-anak, termasuk Bahasa Inggris sehari-hari yang biasa diucapkan. Sejatinya mereka sebagian sudah tahu beberapa kosa kata bahasa Inggris dan mereka juga menanyakan langsung beberapa kata bahasa Inggris.
“Yang menjadi tantangan bagi saya adalah perbedaan bahasa antara saya dengan anak-anak yang diajarkan. Tetapi saya juga terus berupaya untuk belajar memahami Bahasa Indonesia agar lebih mudah mengajarkan anak-anak Bahasa Inggris,” imbuh Aaron.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, ia menggunakan metode yang menyenangkan sehingga anak-anak tidak merasa tegang.
“Saya juga ingin anak-anak belajar bahasa Inggris dengan menyenangkan,” ungkapnya.
Anggota Pendiri dan Staf Ahli PSC, Esie Hanstein menerangkan, kurangnya kegiatan ekstrakurikuler adik-adik panti asuhan membuat dirinya berinisiatif memberikan kursus Bahasa Inggris kepada mereka. Ia bersama Aaron mengajarkan anak-anak pelajaran Bahasa Inggris.
“Memang setiap panti asuhan berbeda, di Panti Asuhan Nur Fauzi misalnya, 75 persen sudah mendapatkan pendidikan Bahasa Inggris. Sehingga mereka lebih cepat dalam memahami apa yang diajarkan kami,” jelasnya.
Namun sebagian dari anak-anak panti asuhan tersebut, ada pula yang usianya masih sangat dini, sehingga butuh cara tersendiri dalam mengajarkan mereka Bahasa Inggris. Sehingga cara mengajarkannya secara perlahan-lahan, bertahap serta penuh kesabaran.
“Antusias anak-anak belajar Bahasa Inggris cukup tinggi, dan ini sudah ketiga kalinya kami mengajarkan anak-anak di Panti Asuhan Pepabri,” ungkapnya.
Bagi anak-anak yang kurang menguasai pelajaran bahasa Inggris, lanjutnya lagi, teman-teman mereka yang lebih tahu bisa mengajarkannya kepada yang belum mengerti. Mereka merasa senang bisa sedikit berbicara Bahasa Inggris. Meski diakuinya ia dan Aaron bukan native speaker (penutur asli Bahasa Inggris), tetapi mereka bisa berbicara bahasa Inggris jadi setidaknya bisa mengajarkan anak-anak supaya bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
“Kedepannya, jika mereka sudah mulai lancar berbicara bahasa Inggris, kami berencana mengajarkan mereka cara memasak,” ucapnya.
Usai kelas Bahasa Inggris, anak-anak panti asuhan berkumpul di halaman Panti Asuhan Pepabri. Kali ini, mereka masing-masing membawa sikat gigi dan pasta gigi. Mereka menggosok gigi bersama, mengikuti cara yang diperlihatkan oleh Esie dan Aaron. Menurut Esie, cara ini sebagai bentuk edukasi dalam membersihkan dan menggosok serta merawat gigi sehingga bisa diterapkan anak-anak panti asuhan yang telah terpilih sebagai target PSC. Pada proyek ini, ada dua panti asuhan yang mendapat bantuan dari PSC, yakni Panti Asuhan Pepabri dan Nur Fauzi.
“Kami ingin mereka benar-benar memahami cara menggosok gigi yang benar supaya mereka tidak asal menggosok gigi,” tegasnya.
Setelah menggosok gigi secara bersama selesai, masing-masing anak mendapatkan apel. Esie bilang, apel yang dibagikan tersebut sebagai simbol gigi sehat. Ia ingin gigi anak-anak panti asuhan tetap dalam kondisi sehat dan baik.
“Supaya mereka bisa menikmati makanan dengan gigi dan mulut yang sehat,” tutupnya. (Rs)