PONTIANAK INFORMASI, LOKAL – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), melakukan Capacity Building mengenai strategi pengendalian Inflasi daerah Semester II Tahun 2024 di Provinsi Kalbar, bertempat di Aula Keriang Bandong Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar, Kamis (26/9/2024).
Dalam sambutannya, Pj Gubernur memberikan apresiasi kepada seluruh TPID yang telah melakukan langkah-langkah konkret melalui koordinasi dan sinergi. Sehingga angka Inflasi Kalbar relatif terkendali pada rentang sasaran Inflasi 2,5±1% pada bulan Agustus 2024 sebesar 1,47%, melandai dari Inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,58%.
“Apresiasi ini saya berikan untuk sinergitas semua anggota TPID Provinsi dan TPID kabupaten/kota serta komitmen Kantor Perwakilan BI mengiringi Kalbar menghadapi ketidakpastian ekonomi global, serta ketegangan politik yang mendorong tingginya potensi Inflasi global, salah satunya melalui kegiatan hari ini ”Capacity Building TPID Provinsi Kalimantan Barat Semester II Tahun 2024,” katanya.
Dirinya menambahkan, bahwa beberapa waktu yang lalu Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kalbar dan meninjau salah satu lokasi pasar di Pontianak yaitu pasar Mawar, dan pada saat itu Presiden mengecek secara langsung harga bawang di pasar dan harganya sangat terjangkau.
“Jadi ini artinya apa, bahwa Pemprov cukup berhasil mengendalikan harga dengan baik dan harganya hampir sama dengan yang ada di Jawa,” ujar Harisson.
Dengan hasil capaian yang telah kita kerjakan selama ini, tentunya tidak terlepas dari strategi 4K yang selama ini menjadi faktor utama keberhasilan kita.
“Oleh karenanya, strategi dalam menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan bahan pokok, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif antar stakeholder (4K) ini yang harus benar-benar dijaga,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Harisson membeberkan data bahwa berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Provinsi Kalbar periode Bulan Agustus 2024, yakni terjadi Deflasi sebesar 0,25% (mtm) dan secara historis, realisasi Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan rerata historis perkembangan harga barang dan jasa pada bulan Agustus selama tiga tahun terakhir yang tercatat Deflasi 0,10% (mtm).
Deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau (daging ayam ras, bawang merah, tomat, sawi hijau dan udang basah) serta kelompok transportasi (tarif angkutan udara yang berada pada level tinggi sejak liburan Juni-Juli 2024 hingga penyelenggaran sembahyang kubur bulan Agustus).
Deflasi lebih dalam tertahan oleh Inflasi kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran untuk komoditas air kemasan dan kopi bubuk di tengah masih tingginya aktivitas masyarakat pada warung-warung kopi, khususnya di Kota Pontianak.
“Melalui Capacity Building ini, saya ingin menekankan pentingnya menemukenali penyebab Inflasi di masing-masing daerah agar penanganannya dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat,” pintanya.