PONTIANAK INFORMASI, NASIONAL – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa ia secara pribadi tak merasa terganggu sering dikatai “bodoh,” “plonga-plongo,” “tolol,” dan bahkan dibandingkan dengan Firaun.
Hal itu diungkapkan Jokowi dalam sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, pada Rabu (16/8).
“Saya tahu ada yang mengatakan saya bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, tolol, Firaun. Ya ndak apa-apa, sebagai pribadi saya menerima saja,” ujar Jokowi dengan tegas.
Meski begitu, Presiden tampak khawatir dengan kemerosotan budaya santun dan budi pekerti dalam masyarakat.
Ia menyatakan keprihatinannya atas fenomena ini, menganggap bahwa esensi budaya luhur bangsa semakin terkikis.
“Tapi yang membuat saya sedih budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa ini kok kelihatannya mulai hilang,” tambahnya.
Jokowi mengatakan bahwa media sosial memberikan wadah bagi segala bentuk pandangan, termasuk ekspresi kemarahan, ejekan, dan fitnah terhadap kepemimpinan dan tindakan pemerintahan.
Jokowi juga menyoroti penggunaan kebebasan berpendapat dan demokrasi dalam konteks yang negatif.
Ia merasa bahwa kebebasan dan demokrasi yang seharusnya menjadi alat untuk menyuarakan aspirasi rakyat, justru terkadang disalahgunakan untuk menyebarkan kedengkian dan fitnah.
“Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah,” papar Jokowi.
Sebelumnya, beberapa tokoh masyarakat juga telah menyampaikan kritik tajam terhadap Jokowi. Salah satunya adalah akademisi Rocky Gerung, yang telah meminta maaf atas pernyataannya yang mengatai Presiden dengan ‘bajingan tolol’.
Di sisi lain, budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun juga pernah membandingkan Jokowi dengan Firaun dalam ceramahnya pada awal tahun ini. Saat itu Cak Nun mengaku ‘kesambet’ hingga menyamakan Jokowi dengan Firaun. (ad)