Kembali kuasai Afghanistan, Taliban berjanji menghormati hak perempuan Afghanistan menurut syariah (hukum Islam).
Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara milisi Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers pertama mereka.
Jika 20 tahun yang lalu perempuan dilarang bekerja dan berkontak dengan pria bukan muhrimnya, kali ini berbeda.
“Jika pertanyaan ini berdasarkan ideologi dan kepercayaan, tidak ada yang berubah,” jelas Mujahid dilansir kompas, Rabu (18/8/2021).
“Tetapi, jika kami merujuk pada pengalaman, kematangan, dan persepsi, tidak diragukan lagi banyak perbedaannya,” lanjutnya.
Mujahid menegaskan, Taliban berhak mengatur Afghanistan berdasarkan prinsip keagamaan yang mereka anut.
Namun, sekaligus berjanji akan menghormati hak perempuan menurut syariah.
“Mereka akan bekerja bahu-membahu dengan kami. Kepada komunitas internasional, kami menjamin tidak akan ada diskriminasi,” paparnya.
Jika pada periode 1996-2001 perempuan Afghanistan dilarang sekolah, Mujahid mengatakan, kali ini perempuan Afghanistan akan berhak mendapat pendidikan hingga jenjang universitas.
Tak hanya itu, menurut Mujahid, perempuan akan tetap bisa bekerja dan menjadi bagian dari pemerintahan baru mereka.
Namun harus mengenakan hijab, meskipun ia tidak menjabarkan, apakah ada aturan ketat lainnya terhadap perempuan di ranah publik nantinya.