PONTIANAK INFORMASI – Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Indonesia akan menggelar pelantikan kepengurusan baru periode 2025–2030 di Pontianak, Kalimantan Barat pada pada Desember 2025.
Pelantikan tersebut digelar setelah Suyanto Tanjung terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) MABT Indonesia periode 2025–2030.
Tanjung mengatakan bahwa pada pelantikan itu pihaknya akan mengundang sebagian masyarakat, khususnya komunitas Tionghoa, untuk turut hadir.
Ia menegaskan harapannya agar MABT Indonesia menjadi wadah pemersatu masyarakat Tionghoa, khususnya di Kalimantan Barat.
“Tanggalnya masih tentatif, nanti akan dicari tanggal hari yang baik. Kami berharap seluruh pengurus bisa hadir, dan masyarakat luas juga sebagian akan kami undang,” ujarnya.
Ia mengatakan, pada periode kepengurusan baru, MABT Indonesia telah menyiapkan sejumlah program besar, salah satunya mendorong terwujudnya Rumah Adat Budaya Tionghoa di Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak.
Tanjung mengatakan, rencana pembangunan rumah adat tersebut telah mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalbar. Lokasi yang diwacanakan berada di kawasan yang akan ditempatkan berdampingan dengan Rumah Adat Dayak dan Rumah Adat Melayu.
“Di tengah-tengahnya nanti akan dibangun rumah adat budaya Tionghoa. Ini menjadi harapan besar masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat,”jelasnya.
Selain pembangunan rumah adat, Tanjung menekankan pentingnya mempersatukan masyarakat Tionghoa di Kalbar agar dapat berperan lebih besar dalam pembangunan daerah.
“Kita berharap orang-orang Tionghoa di Kalbar bisa menyatu untuk berkontribusi kepada daerah, bangsa, dan negara,”
Tanjung menegaskan bahwa MABT merupakan organisasi berbadan hukum lengkap dan berkomitmen berkolaborasi dalam pembangunan Kalimantan Barat di berbagai sektor, khususnya seni dan budaya.
“MABT ini ingin berkolaborasi membangun Kalbar dari berbagai aspek. Seni, budaya, adat harus kita majukan bersama. Dengan banyaknya budaya yang kita tampilkan, ini bisa mendatangkan wisatawan luar,”katanya.
Ia menambahkan bahwa pengembangan budaya juga akan memberikan dampak ekonomi, mulai dari kuliner, perhotelan, UMKM, hingga ekonomi kreatif.
“Kita ingin kegiatan budaya bisa mendatangkan wisatawan, bahkan dari mancanegara. Ini tentu meningkatkan pendapatan bagi masyarakat Kalbar,”
Pelantikan pengurus MABT Indonesia periode 2025–2030 sekaligus menjadi momentum awal gerakan penguatan budaya Tionghoa sebagai bagian dari keragaman budaya Kalimantan Barat.
