Presiden Donald Trump Berpidato (Foto : AFP/POOL/CARLOS BARRIA)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Amerika Serikat secara resmi melancarkan serangan militer besar-besaran ke tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Minggu, 22 Juni 2025. Operasi ini menandai eskalasi dramatis dalam konflik Timur Tengah, yang sebelumnya telah memanas akibat serangan Israel ke Iran selama sepekan terakhir. Serangan udara Amerika ini menyasar fasilitas nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan, yang selama ini dikenal sebagai pusat utama pengayaan uranium Iran.
Serangan yang diberi sandi “Operation Midnight Hammer” ini melibatkan tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang terbang langsung dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri, Amerika Serikat. Selain itu, lebih dari 30 rudal Tomahawk juga ditembakkan dari kapal selam nuklir kelas Ohio yang beroperasi di kawasan Teluk Persia. Pesawat-pesawat B-2 tersebut menjatuhkan total 14 bom GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator, senjata penghancur bunker seberat 30.000 pon, ke fasilitas Natanz dan Fordow pada pukul 2.10 pagi waktu Iran.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam pidatonya di Gedung Putih menyatakan bahwa serangan ini berhasil menghancurkan seluruh fasilitas pengayaan nuklir utama Iran. Ia juga memperingatkan bahwa Amerika Serikat siap melakukan serangan lanjutan jika Iran tidak segera menghentikan program nuklirnya dan memilih jalur damai. Trump menegaskan bahwa pilihan kini ada di tangan Iran: menyerah untuk perdamaian, atau menghadapi serangan yang lebih besar.
Dari pihak Iran, Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengutuk keras serangan ini, menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap kedaulatan nasional Iran. Pemerintah Iran menegaskan haknya untuk membalas dan mempertahankan diri dari segala bentuk agresi militer. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) bahkan menyatakan bahwa serangan Amerika ini merupakan awal dari perang terbuka, bukan lagi sekadar aksi saling balas seperti sebelumnya.
Reaksi dunia pun bermunculan, meski sebagian besar negara masih bersikap hati-hati. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memuji keputusan Amerika Serikat dan menyebutnya sebagai langkah berani yang akan mengubah sejarah. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa eskalasi ini sangat berbahaya dan dapat mengancam perdamaian serta keamanan global. Ia menyoroti risiko konflik yang semakin besar dan berpotensi menimbulkan konsekuensi buruk bagi warga sipil di kawasan dan dunia.
Dampak serangan ini terasa hingga ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Para pengamat memperingatkan bahwa lonjakan harga energi akibat konflik ini dapat memicu krisis fiskal, moneter, dan sosial di Indonesia. Harga BBM, listrik, dan pangan diperkirakan akan naik tajam, menekan daya beli masyarakat dan menimbulkan keresahan sosial.
Situasi di Timur Tengah kini memasuki fase sangat genting. Dunia menanti langkah selanjutnya dari Iran, apakah akan memilih jalur diplomasi atau membalas dengan kekuatan militer. Satu hal yang pasti, serangan Amerika ke Iran telah membuka babak baru dalam konflik global yang berpotensi membawa dampak luas bagi stabilitas internasional.
