Xi Jinping (Foto: REUTERS/Tingshu Wang)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – China menggelar parade militer besar-besaran di jantung Kota Beijing pada Rabu, 3 September 2025, untuk memperingati 80 tahun kemenangan China atas Jepang dalam Perang Dunia II dan Perang Perlawanan Rakyat China terhadap Agresi Jepang. Parade ini menjadi momen kebanggaan bagi China yang menampilkan kemajuan teknologi militer dan kesiapan tempur yang semakin modern.
Dalam parade yang berlangsung selama 70 menit di Lapangan Tiananmen ini, lebih dari 15.000 personel militer dari 59 kesatuan berpartisipasi. Mereka didampingi dengan sekitar 580 alat utama sistem senjata serta 160 pesawat terbang modern yang melintas. Banyak dari peralatan militer tersebut dipamerkan untuk pertama kalinya, menampilkan rudal hipersonik, drone mutakhir, jet tempur generasi terbaru, serta sistem perang elektronik dan siber yang canggih.
Presiden China, Xi Jinping, yang juga merupakan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis dan Ketua Komisi Militer Pusat, menyampaikan pidato penting di acara tersebut. Ia menegaskan perlunya kerja sama antarnegara di dunia untuk mencegah tragedi perang terulang kembali. Xi Jinping menekankan bahwa China mengejar kebijakan pertahanan yang bersifat defensif dan tidak mencari dominasi atau ekspansi, melainkan ingin menjaga keamanan nasional dan berkontribusi terhadap perdamaian dunia.
Pameran militer ini juga menjadi ajang diplomasi tinggi dengan kehadiran lebih dari 20 pemimpin negara asing, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Presiden Prabowo yang sebelumnya sempat menunda keberangkatan karena dinamika di dalam negeri akhirnya hadir atas undangan khusus dari pemerintah China.
Menurut analis militer Michael Raska, parade ini menandai percepatan pesat teknologi dan produksi senjata China yang kini tidak hanya meniru, tetapi juga mengembangkan senjata mutakhir yang inovatif. Formasi baru seperti Pasukan Dirgantara, Pasukan Siber, dan Pasukan Pendukung Informasi juga diperkenalkan, menunjukkan transformasi Tentara Pembebasan Rakyat China ke arah operasi gabungan dengan teknologi digital dan intelijen tinggi. Namun, Raska juga menyinggung tantangan internal China, seperti korupsi dan politisasi yang masih menjadi hambatan dalam efektivitas organisasi militer.
Deputi Direktur Kantor Kelompok Pimpinan Parade Militer, Wu Zeke, memastikan bahwa persiapan parade telah selesai dengan baik dan pasukan dalam kondisi prima serta semangat tinggi. “Tiga latihan komprehensif berhasil dituntaskan dengan hasil memuaskan, dan semua peralatan militer dalam kondisi baik,” ujarnya dalam konferensi pers beberapa hari sebelum parade berlangsung.
Parade ini bukan hanya sekadar pertunjukan kekuatan militer, namun juga pernyataan strategis China terhadap peranannya di panggung dunia yang semakin menonjol sebagai kekuatan besar yang siap menjaga keamanan regional sekaligus berkontribusi pada perdamaian global.
