PONTIANAK INFORMASI, INTERNASIONAL – Fenomena mengkhawatirkan mulai terjadi di benua Eropa. Gereja-gereja, biara, dan kapel yang telah menjadi lambang kepercayaan Kristen selama berabad-abad sekarang mulai ditinggalkan dan terbengkalai.
Bangunan-bangunan suci ini, yang dahulu menjadi tempat pertemuan dan pengabdian, sekarang menjadi saksi bisu dari perubahan dalam keyakinan dan kehadiran umat.
Monseigor Johan Bonny, seorang uskup Antwerpen menganggap fenomena ini sebagai hal yang menyakitkan.
“Itu menyakitkan. Saya tidak akan menyembunyikannya. Di sisi lain, tidak mungkin kembali ke masa lalu,” katanya.
Tren ini tampak di banyak negara Eropa, mulai dari Jerman hingga Italia, dan menonjol di Flanders, wilayah di Belgia utara. Flanders dikenal karena memiliki beberapa katedral terbesar di Eropa dan merupakan tempat bagi banyak karya seni yang luar biasa. Namun, sekarang gereja-gereja di Flanders terabaikan dan kosong.
Tentu saja, langkah harus diambil untuk mengatasi masalah ini. Beberapa fungsi gereja di Eropa telah berubah.
Sebuah artikel di NZ Herald melaporkan bahwa gereja-gereja telah diubah menjadi toko pakaian, kafe, venue panjat dinding, hotel, bahkan kelab malam.
Di Belgia, gereja yang telah ditutup selama dua tahun kini menjadi kafe. Bangunan bekas gereja ini berencana menjadi “hot spot” budaya baru di jantung Kota Mechelen, Belgia. Bahkan musik yang dimainkan di tempat ini hampir bisa didengar dari kediaman uskup agung Belgia.
Di sudut jalan, gereja Fransiskan yang terabaikan telah berubah menjadi hotel mewah.
Sebuah studi tahun 2018 dari kelompok penelitian Pew menunjukkan bahwa di Belgia, dari 83 persen yang mengaku dibesarkan sebagai orang Kristen, hanya 55 persen yang menganggap diri mereka demikian.
Hanya 10 persen orang Belgia yang menghadiri gereja secara teratur. Angka-angka ini mencerminkan perubahan yang signifikan dalam praktik keagamaan di negara ini.
Bahkan di Flanders, wilayah di Belgia dengan banyak gereja, seringkali jemaatnya sangat sedikit. Beberapa gereja juga dianggap merusak pemandangan di pusat kota dan menimbulkan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Wali Kota Mechelen, Bart Somers, telah lama berjuang untuk mengubah fungsi gereja-gereja di wilayahnya.
“Di kota saya, kami memiliki tempat pembuatan bir di gereja, kami memiliki hotel di gereja, kami memiliki pusat budaya di gereja, kami memiliki perpustakaan di gereja. Jadi kami memiliki banyak tujuan baru untuk gereja-gereja,” ungkapnya seperti dikutip dari CNN. (ad)