Foto: AFP
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Ketegangan antara Jepang dan China kian memanas menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, terkait ancaman militer China terhadap Taiwan. Pihak China menanggapi keras ucapan tersebut dengan mengeluarkan peringatan perjalanan yang tidak biasa serta ancaman pembalasan ekonomi terhadap Jepang.
Dilansir dari Bloomberg News, media pemerintah China menyatakan akan mengambil langkah balasan besar-besaran setelah peringatan perjalanan Beijing memicu kekhawatiran akan pembalasan ekonomi. Dalam pernyataan yang diperkuat oleh Harian Tentara Pembebasan Rakyat, akademisi yang berafiliasi dengan pemerintah memperingatkan, “jika militer Jepang terlibat di Selat Taiwan, seluruh negeri berisiko menjadi medan perang”.
Pernyataan PM Takaichi yang mengatakan, “Apa yang disebut sebagai kontingensi Taiwan telah menjadi begitu serius sehingga kita harus mengantisipasi skenario terburuk,” dianggap Beijing sebagai provokasi serius yang membuka peluang Jepang untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri China. Kondisi ini memicu reaksi diplomatik keras dari China yang bahkan mengeluarkan imbauan perjalanan yang melarang warganya berkunjung ke Jepang sepanjang 2025, menyebut Jepang sebagai negara yang “tidak aman” bagi warga China.
Sebagai respons, pemerintah Jepang juga mengimbau warganya yang berada di China untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari area ramai. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Minoru Kihara, menyampaikan bahwa Jepang melakukan penilaian berdasarkan situasi keamanan di China yang semakin tidak stabil. Namun, Jepang menegaskan bahwa pernyataan Takaichi tidak mengubah posisi resmi Jepang yang mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya pemerintah sah, sesuai komunike bersama tahun 1972.
Salah satu akar ketegangan ini juga terkait sengketa wilayah di Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang selama ini menjadi titik panas dalam hubungan kedua negara. China menuntut Jepang untuk mematuhi kesepakatan yang ada dan menghindari tindakan yang bisa mengancam stabilitas regional. Selain itu, kekhawatiran muncul karena Amerika Serikat memiliki perjanjian pertahanan dengan Jepang yang bisa memicu konfrontasi militer lebih luas jika terjadi insiden di wilayah sengketa tersebut.
Ketegangan yang meningkat ini mencerminkan tantangan besar dalam menjaga keseimbangan keamanan nasional Jepang dan hubungan dengan negara tetangga yang sangat berpengaruh di Asia. Apabila terjadi konfrontasi, kawasan Asia Timur khususnya Selat Taiwan diperkirakan menjadi titik api utama yang dapat meluas ke konflik regional yang lebih besar.
