Sebuah bangunan tempat tinggal rusak akibat serangan udara Rusia di Kyiv. (Foto: AFP/ROMAN PILIPEY)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Ketegangan di kawasan Eropa Timur kembali memanas setelah Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke sejumlah wilayah di Ukraina pada Jumat (6/6/2025). Serangan yang melibatkan rudal dan drone ini menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai lebih dari 80 warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Beberapa kota utama di Ukraina, seperti Kyiv, Lviv, dan Kharkiv, menjadi sasaran utama serangan udara tersebut.
Menurut laporan otoritas setempat, serangan ini merupakan balasan atas serangan Ukraina yang sebelumnya menghantam pesawat pembom Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa negaranya akan terus melakukan operasi militer hingga Ukraina menghentikan serangan ke wilayah perbatasan Rusia. Sementara itu, pemerintah Ukraina mengecam aksi tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan meminta dukungan lebih lanjut dari komunitas global.
Dampak serangan ini sangat dirasakan oleh warga sipil. Banyak rumah rusak parah, fasilitas umum lumpuh, dan ribuan orang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Lembaga kemanusiaan internasional pun mengungkapkan keprihatinan mendalam atas memburuknya situasi kemanusiaan di Ukraina, apalagi serangan terjadi menjelang perayaan Idul Adha yang seharusnya menjadi momen damai bagi umat Muslim di wilayah tersebut.
Reaksi keras datang dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, yang mendesak Rusia untuk segera menghentikan agresi militer dan kembali ke meja perundingan. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda meredanya konflik. Situasi ini dikhawatirkan akan memperburuk krisis kemanusiaan dan memperpanjang penderitaan warga sipil di Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut ini kembali menjadi sorotan utama dunia internasional, menandai babak baru ketegangan geopolitik global yang belum menunjukkan titik terang.
