Foto: Google
PIFA, Lokal – Di tengah ragam kuliner Nusantara, sungkui adalah salah satu makanan khas yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Melayu di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Sekilas, tampilan sungkui mirip lontong besar yang dibungkus daun pisang. Namun, lebih dari sekadar nasi, sungkui adalah simbol kebersamaan dan warisan budaya yang dijaga turun-temurun.
Sungkui biasanya disajikan dalam acara penting seperti Idul Fitri, pernikahan, syukuran, atau khitanan. Nasi putih pulen menjadi elemen utamanya, dipadukan dengan lauk-pauk seperti ayam masak kuning, telur rebus, serundeng, dan sambal. Semua dibungkus rapi, menghadirkan rasa yang sederhana namun hangat di hati.
Yang menjadikan sungkui istimewa bukan hanya rasanya, tapi proses pembuatannya yang mengandalkan gotong royong. Membungkus sungkui bersama-sama menjadi momen menjalin kebersamaan, baik dalam keluarga maupun lingkungan. Tradisi ini memperkuat nilai kekeluargaan dan rasa syukur.
Penyajiannya pun unik. Sungkui disajikan secara komunal, dinikmati bersama di atas daun pisang atau piring besar. Hal ini mencerminkan filosofi bahwa makan bukan hanya aktivitas fisik, tapi juga sosial dan emosional.
Dalam era modern, sungkui tetap lestari sebagai identitas budaya Sanggau. Ia bukan hanya kuliner, tapi bagian dari cerita, sejarah, dan nilai kehidupan. Menikmati sungkui berarti mencicipi rasa sekaligus makna dari sebuah tradisi yang hangat dan mengakar.
Jika suatu hari kamu berkunjung ke Sanggau, jangan lewatkan untuk mencicipi sungkui. Sepiring kelezatan yang menyimpan sejuta cerita.
