PONTIANAK INFORMASI, LOKAL – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mendorong adanya hilirisasi industri di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. Hal ini disampaikannya seusai menjadi narasumber Kuliah Umum di Gedun Auditorium Universitas Tanjungpura, Pontianak, pada Sabtu (4/2/2023).
Menurut Erick, Kalbar memiliki potensi industri yang dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dua diantaranya adak di sektor industri pertambangan bauksit dan perkebunan.
“Dengan disetopnya (ekspor) bauksit pada Juni, turunan nomor satunya ada smelter dan lain-lain, sama ketika kita ambil alih Freeport turunannya apa, smelter, tidak hanya peran dari BUMN tapi juga swasta. Bapak Presiden kemarin sudah bilang, ayo dong masing-masing daerah punya carbon copy, keunikan masing-masing, tidak semua dari nikel atau bauksit, nah itu. Jangan berpangku tangan pada pemerintah pusat tapi pemerintah daerah juga harus mampu,” ungkapnya, seperti dikutip PIFA dari Berkat News TV, Minggu (5/2).
Terlebih lanjutnya, mulai Juni mendatang Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan mengeluarkan kebijakan setop ekspor bijih bauksit. Imbasnya, setiap perusahaan diharuskan membangun smelter agar bisa mengolah industri hilirisasinya.
Menurutnya, kehadiran kawasan industri akan memperkuat ekosistem dari infrastruktur hingga sumber daya potensial yang dimiliki Kalbar. Kemudian, Pemerintah juga telah tegas untuk terus meningkatkan hilirisasi sumber daya alam (SDA).
Untuk itu, Erick Thohir pun meminta semua daerah termasuk Kalbar agar mampu mencari dan mengeluarkan potensinya yang berbeda dengan wilayah lain. Dia menilai, sektor hilirisasi industri Kalbar menjadi peluang dan kesempatan.
Apalagi tambah Erick, Kalbar mempunyai potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Sebab kebijakan pemerataan ekonomi menjadi salah satu prioritas utama pemerintah saat ini.
Erick menerangkan, realisasi investasi di Indonesia pada 2021 tercatat sebesar Rp 1.207 triliun atau 100,6 persen dari target awal yang sebesar Rp 1.200 triliun. Angka tersebut berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana hanya terpusat di Pulau Jawa.
Dia menambahkan, realisasi investasi di luar Pulau Jawa kini justru lebih dominan dengan mencapai 53 persen. Menangkap peluang tersebut, Erick meminta Kalbar harus memanfaatkan momentumnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Untuk Kalbar, kita akan membangun pelabuhan, namun industrial estate-nya ada tidak,” tandasnya.