PONTIANAK INFORMASI, NASIONAL – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat nominasi sebagai “Alumnus UGM Paling Memalukan” oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengumuman tersebut disampaikan pada acara diskusi publik dan mimbar bebas di utara Bundaran UGM.
Dalam acara tersebut, terpampang banner besar dengan gambar Jokowi yang diedit sedemikian rupa. Banner tersebut berisi tulisan, ‘BEM KM UGM Presents Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan’ dengan tambahan ‘Mr Joko Widodo’ dan periode ‘2014-2024?’, ‘1980-1985’. Foto Jokowi diedit dengan latar belakang gedung Istana dan UGM, memakai jas serta mahkota, dan jas almamater UGM beserta caping.
Ketua BEM KM UGM, Gielbran Mohammad, menyatakan bahwa pemberian nominasi ini adalah ekspresi kekecewaan terhadap dua periode kepemimpinan Jokowi yang dianggap belum menyelesaikan banyak permasalahan fundamental. Dalam pernyataannya kepada wartawan, Gielbran menyebut beberapa alasan di balik nominasi tersebut.
Gielbran menyoroti masalah korupsi, dengan menekankan bahwa pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini justru terlibat dalam kasus kriminal. Selain itu, Gielbran mengkritik revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dianggap mempermudah kriminalisasi aktivis.
“Belum bicara soal kebebasan berpendapat. Revisi UU ITE sangat amat mempermudah para aktivis untuk dikriminalisasi, belum bicara soal konstitusi,” ujarnya.
Gielbran juga menilai Jokowi terbukti bersalah dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menunjukkan ketidakindependenan MK. Dia menambahkan bahwa Jokowi di akhir periode menginginkan perpanjangan kekuasaan seperti seorang raja Jawa.
Selain itu, Gielbran menyoroti penurunan indeks demokrasi Indonesia selama kepemimpinan Jokowi. Menurutnya, banyaknya kasus kriminalisasi menyebabkan anjloknya indeks demokrasi.
“Kita menyebutnya tidak hanya semacam orde baru tapi orde paling baru karena bentuk represifitasnya dibentuk dikemas dalam bentuk yang lain tetapi kejamnya sama,” katanya.
Gielbran juga menyinggung dinasti politik yang berkembang, mengklaim bahwa hal itu tidak mencerminkan nilai-nilai UGM. Oleh karena itu, menurutnya, Jokowi pantas disebut sebagai alumnus UGM paling memalukan.
Sementara itu, pihak istana sendiri menganggap kritik yang diberikan BEM KM UGM sebagai vitamin. Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, menilai kritikan sudah menjadi hal yang wajar. Sebab, Indonesia merupakan negara demokrasi yang membebaskan warga negaranya berpendapat.
“Dalam negara demokrasi, yang namanya kritik, yang namanya pujian dan kepercayaan (trust) terhadap penyelenggara negara adalah hal yang wajar,” kata Ari kepada wartawan, Sabtu (9/12/2023).
Ari juga mengatakan kalau upaya membangun opini di tengah kontestasi pemilu merupakan hal yang wajar. Namun opini itu perlu diperkuat dengan argumentasi fakta dan bukti.
“Upaya menarik perhatian, membangun opini di tengah kontestasi politik (pemilu) dengan kepentingan politik elektoral juga sah-sah aja. Tapi semua opini itu harus diuji dengan argumentasi, dengan fakta, dengan bukti,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ari mengatakan semua kritik dan pujian yang ada selalu menjadi vitamin bagi pemerintah, khususnya Jokowi, untuk meningkatkan kerja.
“Semua input, baik pujian ataupun kritik, akan selalu menjadi ‘vitamin’ untuk meningkatkan kinerja pemerintahan sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya.