
Konferensi pers pengungkapan pelaku uang palsu Makassar. (Detikcom)
PONTIANAKINFORMASI.CO.ID, NASIONAL – Polisi telah mengungkap kasus pembuatan uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Operasi ini melibatkan Kepala Perpustakaan, Andi Ibrahim, bersama seorang staf kampus lainnya.
Pengungkapan Kasus
Penyelidikan mengarah pada penangkapan 17 orang, termasuk ASN dari Pemprov Sulbar dan karyawan bank BUMN. Kasus ini terungkap ketika warga Kabupaten Gowa melaporkan penerimaan uang palsu.
Penyidikan lebih lanjut membawa polisi pada penangkapan 17 orang yang memiliki peran berbeda dalam sindikat tersebut. “Jadi mereka ini ada 17 orang dengan memiliki peran yang berbeda-beda, termasuk dua orang pegawai bank BUMN,” ujar Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Polres Gowa.
Barang Bukti
Polisi menyita barang bukti uang palsu bernilai triliunan rupiah, termasuk mata uang asing dan sertifikat deposito BI senilai Rp45 triliun. Total ada 98 item yang diamankan, termasuk uang rupiah emisi 2016, uang asing dari Korea Selatan dan Vietnam, serta surat berharga negara (SBN) senilai Rp700 triliun.
Operasi Sejak 2010
Menurut penyidikan, pembuatan uang palsu di UIN Alauddin Makassar telah berlangsung sejak 2010. Operasi ini sempat berhenti beberapa tahun dan kembali aktif pada 2022 setelah pelaku membeli mesin cetak dari China. “Oktober 2022 sudah membeli alat cetak dan pemesanan kertas, kemudian 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi,” jelas Yudhiawan.
Keterlibatan dalam Pilkada
Polisi juga mengungkap keterlibatan jaringan ini dalam Pilkada Barru. Salah satu tersangka yang masih buron adalah seorang politikus yang pernah mencalonkan diri di Pilgub Sulsel dan Pilkada Makassar. Mereka sempat mengajukan proposal kerja sama untuk memodali Pilkada Barru, tetapi tidak diterima.
Tindakan Tegas
Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, bersama seorang staf kampus telah dipecat secara tidak terhormat. Rektor UIN Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, menegaskan langkah tegas ini diambil setelah jelas keterlibatan mereka dalam kasus ini.