(Foto: KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati)
PONTIANAK INFORMASI, Nasional – Putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Purbaya, mengukir momen haru saat mengucapkan ikrar kesanggupan dan kesetiaan meneruskan takhta ayahandanya, Pakubuwono XIII, tepat di depan jasad sang Raja. Suasana tersebut berlangsung penuh khidmat dalam balutan adat istiadat keraton yang sakral, pada 5 November 2025. Momen ini menjadi simbol kelanjutan kepemimpinan di Keraton Surakarta, tanpa jeda kekosongan kekuasaan.
Dalam upacara itu, Gusti Purbaya dengan suara bergetar namun penuh ketegasan menyatakan, “Atas perintah dan titah Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, saya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro, pada hari ini, Rabu Legi, 14 Jumadilawal Tahun Dal 1959 atau 5 November 2025, naik tahta menjadi Raja Keraton Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIV,” sebagaimana dilansir Tribunnews.
Sumpah di depan jenazah ayahanda ini mendapat dukungan penuh dari kakak tertuanya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai Kusuma Dewayani. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut bukan pelanggaran adat melainkan merupakan simbol kesetiaan tinggi dan penghormatan kepada leluhur serta tanda pelestarian tradisi turun-temurun. “Sumpah di hadapan jenazah ayahanda adalah simbol kesetiaan, bukan pelanggaran adat,” ungkap GKR Timoer dengan nada teduh namun penuh keyakinan, menurut laporan Merahputih.
GKR Timoer juga menggarisbawahi bahwa pengambilan sumpah ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan kepemimpinan di dalam tubuh Kasunanan. Tanpa adanya ritual ini, dikhawatirkan akan terjadi kekosongan jabatan yang bisa mengganggu kelangsungan roda pemerintahan keraton. “Justru inilah cara kita menjaga kontinuitas kepemimpinan di keraton,” ujarnya menegaskan.
Dalam adat Keraton Surakarta, ritual sumpah setia di hadapan jasad pemimpin terdahulu bukanlah hal baru, melainkan praktik yang sudah berlangsung sejak zaman para leluhur. Hal ini menjadi penanda bahwa takhta lanjutan langsung disambut tanpa jeda, mencerminkan kesinambungan warisan budaya dan simbol kesatuan rakyat dengan pemimpin mereka.
Acara ini dihadiri oleh keluarga besar keraton, sentana dalem, serta ribuan rakyat yang menyaksikan pergantian tahta yang sarat makna tersebut. Momen ini tidak hanya menandai kematian seorang raja, tetapi juga kelahiran babak baru kepemimpinan dengan harapan dan doa dari seluruh masyarakat yang hadir.
Dengan pengucapan ikrar tersebut, Gusti Purbaya resmi menyandang gelar Paku Buwono XIV, memimpin Keraton Surakarta Hadiningrat, membawa harapan baru sekaligus bertanggung jawab untuk melanjutkan cita-cita leluhur dan menjaga keteraturan tata pemerintahan serta tradisi budaya yang berusia ribuan tahun.
