Foto: Instagram/infobnn_kab_sanggau
Pontianak Informasi, Lokal – Angka 6.174 bukan sekadar statistik. Di baliknya, ada wajah-wajah masyarakat Sanggau yang perlahan terpapar jerat narkoba. Fakta ini diungkapkan langsung oleh Deputi Pemberdayaan Alternatif BNN RI, Brigjen Pol. Eddy Suwasono, saat membuka rapat kerja sinergisitas program stakeholder kawasan rawan narkoba di wilayah pesisir dan perbatasan negara, yang berlangsung di aula Babai Cinga kantor Bupati Sanggau, Kamis (3/7/2025).
“Meskipun datanya kecil, tapi dari data ini mudah-mudahan tidak lagi bertambah bisa kita tangani secara serius sehingga tidak lagi membesar datanya,” kata dia di Aula Babai Cinga, lantai dua Kantor Bupati Sanggau.
Namun, angka yang ‘kecil’ ini tetap mencemaskan. Terlebih ketika diketahui bahwa kemajuan ekonomi justru membuka celah baru bagi peredaran narkotika.
“Para pelaku ini melihat pangsa pasar narkoba dimana daerah yang ekonominya membaik maka berpotensi menjadi sasaran para pelaku,” ujarnya.
Survei yang disampaikan menunjukkan ganja menempati posisi tertinggi sebagai jenis narkoba paling banyak dikonsumsi, yakni 44,1 persen, disusul ekstasi sebesar 22,3 persen. Sisanya terdiri dari berbagai jenis narkotika lain.
“Dan ternyata 84,5 persen diperoleh dari tempat bekerja, sisanya dari teman yang suka bersenang-senang dan dari pacar,” bebernya.
Sanggau kini masuk peringkat ketiga peredaran narkoba se-Kalimantan Barat, dengan enam kawasan rawan: tiga berstatus bahaya, dan tiga lainnya berstatus waspada.
“Kabupaten Sanggau menduduki peringkat ketiga dalam peredaran narkoba se Kalimantan Barat dengan 6 daerah rawan narkoba rinciannya 3 kawasan status bahaya dan 3 kawasan status waspada,” pungkasnya.
Di tengah perbatasan yang selalu sibuk dan geliat ekonomi yang terus bergerak, nyatanya ada pekerjaan rumah besar: menjaga manusia-manusia di dalamnya tetap utuh, tak tergerus pelan-pelan oleh barang haram yang terus mencari celah.
