
Wali Kota Pontianak Ajak Mahasiswa Jadi Agen Perubahan dalam Pengelolaan Sampah
Wali Kota Pontianak Ajak Mahasiswa Jadi Agen Perubahan dalam Pengelolaan Sampah
PONTIANAK INFORMASI, Lokal – Persoalan pengelolaan sampah di Kota Pontianak tak lagi bisa dianggap sepele. Dengan tantangan topografi, perubahan iklim, dan meningkatnya jumlah penduduk, sampah kini menjadi persoalan krusial yang memerlukan peran aktif seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda.
Hal ini mengemuka dalam Dialog Interaktif bertajuk “Urgensi Pengolahan Sampah di Kalbar dan Kontribusi Pemuda sebagai Agen Perubahan dalam Penanganannya”, yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) di Kedai Kopi Rumangsa, Minggu (8/6/2025) sore.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono yang hadir sebagai narasumber memaparkan kondisi nyata pengelolaan sampah di kotanya. Menurutnya, Pontianak yang hanya memiliki luas 118,2 kilometer persegi menghasilkan rata-rata 350 hingga 400 ton sampah setiap hari. Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas urban yang meningkat.
“Kita ini hidup di kota dataran rendah, diapit Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kota ini hanya seluas 118,2 kilometer persegi, tapi menghasilkan ratusan ton sampah setiap hari. Jika tidak dikelola secara serius dan berkelanjutan, ini akan jadi bom waktu,” jelas Edi.
Ia mengungkapkan rencana Pemerintah Kota untuk membangun Pusat Pengelolaan Sampah Terpadu pada tahun 2026. Fasilitas tersebut akan mengolah sampah organik menjadi kompos dan gas metana, sementara sampah plastik dan anorganik akan diubah menjadi bahan bangunan atau bahan bakar alternatif seperti biomassa.
Namun, Edi menekankan bahwa keberhasilan solusi teknologi sangat bergantung pada perubahan perilaku masyarakat. Ia pun mengajak mahasiswa untuk menjadi motor penggerak dalam edukasi dan sosialisasi pengelolaan sampah.
“Solusi teknologi itu perlu, tapi perubahan perilaku lebih penting. Ini yang harus didorong oleh teman-teman mahasiswa. Jadikan pengelolaan sampah sebagai gerakan moral,” ujarnya.
Wali Kota juga menyampaikan pentingnya edukasi sejak dari rumah tangga, seperti memilah sampah organik dan anorganik serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Ia menegaskan bahwa plastik tidak sepenuhnya buruk jika dikelola dengan benar melalui sistem bank sampah dan proses daur ulang.
“Sampah plastik itu tidak sepenuhnya buruk. Kita punya bank sampah, kita olah ulang, daur ulang. Plastik kresek bisa dijadikan bahan bakar. Tapi kita perlu kesadaran kolektif agar tidak membuang sampah sembarangan,” tegasnya.
Edi menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Pontianak terbuka untuk bekerja sama dengan organisasi mahasiswa dalam program-program pengelolaan sampah seperti bank sampah, kampanye pengurangan plastik, serta pelatihan pengolahan dan daur ulang sampah.
“Mari kita bersama-sama menjaga kota tetap bersih, karena ini bukan hanya tugas petugas kebersihan atau pemerintah, tetapi tanggung jawab kolektif seluruh warga, termasuk pemuda dan mahasiswa,” tutupnya.