PONTIANAK INFORMASI – Sebagian warga Kota Pontianak mungkin tidak tahu bahwa ada sebuah tugu peninggalan sejarah Belanda yang masih berdiri kokoh di persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Rahadi Usman, Pontianak.
Ikon itu dikenal sebagai Tugu Jam Tiga Muka atau yang juga disebut Jam Juliana Bernhard (JB), simbol persahabatan antara Pontianak dan Belanda di masa pemerintahan Sultan Hamid II. Tugu itu dibangun pada tahun 1937.
Keberadaan Tugu Jam Tiga Muka sempat tertutup rimbunnya pepohonan di sekitarnya. Tak sedikit warga yang bahkan tak lagi menyadari keberadaan ikon bersejarah tersebut.
Baru-baru ini, Pemerintah Kota Pontianak melalui dinas terkait melakukan penataan ulang area sekitar tugu, termasuk memangkas pepohonan yang menutupi pandangan, sehingga keindahan tugu kini kembali terlihat jelas. Penataan dilakukan menyusul keluhan masyarakat yang menilai tugu bersejarah itu seolah terlupakan.
Kini, Tugu Jam Tiga Muka kembali terlihat di tengah lalu lintas kota. Meski jarum jamnya sudah tak lagi berputar, kehadirannya tetap menjadi penjaga waktu dan saksi bisu perjalanan sejarah Pontianak.
Tugu bersejarah ini dibangun pada tahun 1937 sebagai hadiah dari Pemerintah Kerajaan Belanda untuk memperingati pernikahan Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard.
Kala itu, jam dengan tiga sisi menghadap arah berbeda ini menjadi penanda waktu utama di jantung kota, sekaligus lambang keterbukaan dan hubungan baik antara Kesultanan Pontianak, Pemerintah Belanda, dan masyarakat setempat.
Tugu Jam Tiga Muka kini tidak hanya menjadi ikon sejarah tetapi juga simbol kebanggaan dan identitas kota yang perlu dirawat agar kisah masa lalu tak hilang ditelan waktu.
