
Petugas penyelamat mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan di Cebu, Filipina (Foto : REUTERS/Eloisa Lopez Purchase Licensing Rights)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 6,9 mengguncang provinsi Cebu, Filipina, pada Selasa malam, 30 September 2025. Bencana ini menyebabkan kerusakan signifikan dan menewaskan sedikitnya 72 orang. Banyak bangunan, termasuk hotel dan gereja, runtuh akibat guncangan hebat tersebut yang membuat warga panik dan berlarian menyelamatkan diri. Situasi di Cebu kini masih genting dengan sejumlah gempa susulan yang terus terjadi.
Dilansir dari AFP, petugas penyelamat sedang berjuang mengevakuasi korban dari reruntuhan. Salah satu evakuasi dramatis terjadi di kota Bogo, yang merupakan daerah terdekat dengan episentrum gempa, di mana seorang perempuan dan anaknya ditemukan meninggal dunia di reruntuhan sebuah hotel. “Kita memiliki nol korban hilang, jadi asumsinya semua korban telah ditemukan,” ujar Junie Castillo, juru bicara Dewan Nasional Pengurangan Risiko Bencana dan Manajemen Bencana Filipina (NBRM).
Kerusakan tidak hanya menyebabkan korban jiwa tetapi juga memicu ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Sekitar 20.000 warga harus mengungsi dan banyak yang memilih tidur di jalanan karena takut akan gempa susulan. Gubernur Provinsi Cebu, Pamela Baricuatro, mengimbau bantuan mendesak terutama dalam penyediaan air bersih, makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara. Ia menyatakan melalui akun Facebook resmi, “Banyak rumah hancur dan banyak keluarga membutuhkan bantuan untuk pulih… Mereka membutuhkan bantuan, doa, dan dukungan kita.”
Gempa bumi ini terjadi pada pukul 21:59 waktu setempat dengan episentrum berada di lepas pantai utara Cebu, dekat Kota Bogo yang memiliki penduduk sekitar 90.000 jiwa. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan gempa tersebut merupakan gempa dangkal dengan beberapa gempa susulan bermagnitudo lebih dari 5 masih tercatat hingga beberapa hari pasca kejadian. Upaya penyelamatan terkendala oleh gelapnya malam dan ketakutan warga terhadap gempa susulan.
Pemerintah Filipina menetapkan situasi darurat di Cebu serta wilayah-wilayah terdampak lain di kepulauan Visayas. Presiden Ferdinand Marcos Jr. dikabarkan mengunjungi langsung lokasi kejadian pada Rabu, 1 Oktober 2025, untuk memantau proses penanganan bencana dan memastikan koordinasi penyaluran bantuan. Beberapa kota dan kotamadya di wilayah itu kini tengah fokus melakukan rehabilitasi dan distribusi bantuan kepada korban.
Masyarakat Filipina dan dunia internasional diajak terus memberikan perhatian dan dukungan atas musibah ini, karena dampak gempa berkepanjangan, tidak hanya dari segi kerusakan fisik, tetapi juga trauma dan kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak sangat besar. Pemerintah dan lembaga kemanusiaan terus mengintensifkan upaya pemulihan untuk memastikan warga kembali dapat menjalani kehidupan normal.