Benjamin Netanyahu (Foto : REUTERS/Kevin Lamarque)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara mengejutkan menyampaikan permintaan maaf kepada Qatar atas serangan rudal Israel di Doha yang tanpa sengaja menewaskan seorang prajurit Qatar dan beberapa anggota Hamas pada 9 September lalu. Permintaan maaf ini disampaikan melalui panggilan telepon yang berlangsung dari Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, saat Netanyahu bertemu dengan Presiden Donald Trump, seperti dilansir CNBC Indonesia.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Gedung Putih, disebutkan, “Sebagai langkah awal, Perdana Menteri Netanyahu menyatakan penyesalannya yang mendalam bahwa serangan rudal Israel terhadap target Hamas di Qatar secara tidak sengaja menewaskan seorang prajurit Qatar.” Lebih lanjut, Netanyahu mengakui bahwa serangan tersebut melanggar kedaulatan Qatar dan menegaskan bahwa Israel tidak akan mengulangi serangan seperti itu di masa mendatang.
Serangan yang terjadi di Doha tersebut menewaskan sedikitnya lima anggota Hamas berpangkat rendah dan seorang pejabat keamanan Qatar. Serangan tersebut menargetkan para pemimpin senior Hamas yang sedang terlibat dalam negosiasi penyanderaan yang didukung Amerika Serikat. Meskipun para pimpinan tingkat tinggi Hamas selamat, serangan ini menjadi yang pertama kali dilakukan Israel terhadap Qatar, sebuah negara yang selama ini menjadi mediator utama dalam upaya gencatan senjata di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, menerima permintaan maaf dari Netanyahu dan menyambut baik jaminan bahwa insiden serupa tidak akan terulang. Dalam respons resmi, Qatar juga menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan peran sebagai mediator demi perdamaian kawasan.
Selain itu, berdasarkan pernyataan Gedung Putih, Presiden Donald Trump memuji niat kedua pemimpin tersebut untuk mempererat kerja sama demi keamanan dan kedamaian bersama. Trump juga menegaskan keyakinannya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang akan membawa stabilitas di Jalur Gaza, dengan pembebasan sandera dan penarikan bertahap pasukan Israel.
Langkah Netanyahu ini menandai perubahan sikap yang cukup besar mengingat selama ini pemerintahannya bersikap keras terhadap Qatar, terutama karena dukungan negara Teluk tersebut terhadap Hamas. Usaha untuk memperbaiki hubungan ini diharapkan dapat mendukung proses perdamaian di Timur Tengah yang tengah berlangsung dengan pengawasan Amerika Serikat.
Permintaan maaf Netanyahu kepada Qatar mencerminkan upaya strategis untuk meredakan ketegangan dan memperbaiki hubungan diplomatik setelah insiden yang menimbulkan kecaman internasional. Netanyahu sendiri menyatakan penyesalan yang mendalam atas pelanggaran kedaulatan Qatar dan janji agar serangan semacam itu tidak kembali terjadi menjadi poin penting dalam dialog perdamaian yang terus diupayakan.
