Massa demo di Melbourne Australia (Dok. Melbourne Bergerak)
PONTIANAK INFORMASI, Internasional – Ratusan diaspora Indonesia di Melbourne, Australia, menggelar aksi unjuk rasa bertajuk “Melbourne Bergerak” pada Selasa, 2 September 2025, sebagai bentuk solidaritas atas demonstrasi yang berlangsung di Tanah Air. Aksi ini digelar di Federation Square dan diikuti berbagai kalangan mulai dari pekerja migran hingga akademisi dan seniman. Mereka menyuarakan “17+8 Tuntutan Rakyat” yang saat ini menjadi badai protes di Indonesia serta mengecam kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
Koordinator aksi, Pipin Jamson, menyampaikan bahwa peserta mencapai sekitar 400 orang dan mendapat dukungan dari masyarakat Australia setempat. Menurut Pipin, aksi ini juga diwarnai dengan nyanyian lagu perjuangan seperti “Bento” karya Iwan Fals yang dianggap relevan dengan situasi saat ini. Ia menjelaskan, “Kami mendapatkan banyak support dari masyarakat Australia juga,” dan menambahkan bahwa mereka akan merilis dukungan resmi secara spesifik setelah 5 September saat tuntutan resmi dikeluarkan.
Dalam tuntutannya, diaspora menuntut penghentian kekerasan aparat terhadap demonstran dan pembebasan tahanan secara sewenang-wenang. Mereka meminta pengawasan independen terhadap Polri, penghentian keterlibatan militer dalam urusan sipil, serta peninjauan kebijakan ekonomi yang merugikan rakyat. Selain itu, mereka juga menolak kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR, yang dinilai sangat tidak pro-rakyat, serta menuntut reformasi sistem politik dan pemilu yang transparan dan akuntabel.
Aksi ini juga menjadi cerminan kekecewaan diaspora terhadap pemerintah Presiden Prabowo Subianto yang dianggap membungkam kritik dan kebebasan berekspresi, terutama dalam merespons gelombang demonstrasi yang telah berlangsung sejak 25 Agustus 2025. Insiden tragis seperti tewasnya pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, akibat kekerasan aparat semakin memperparah suasana.
Solidaritas dari diaspora Indonesia tak hanya hadir di Melbourne, tapi juga di berbagai kota dunia seperti New York, Berlin, hingga Canberra dan Brisbane, Australia. Mereka menyuarakan tuntutan serupa dan melakukan aksi damai seperti long march dan doa bersama untuk mendesak pemerintah Indonesia segera merespon aspirasi rakyat.
Pipin Jamson menegaskan, “WNI yang ada di sini juga sudah muak dengan pemerintahan Prabowo. Jadi, ini adalah solidaritas bersama. Ini suara keresahan kami yang di luar negeri, melihat situasi yang sekarang,” lanjutnya.
Aksi “Melbourne Bergerak” menjadi bukti nyata bahwa kritik dan tuntutan rakyat Indonesia tidak hanya bergema di dalam negeri, melainkan juga dari diaspora yang mengawasi pemerintah dengan tajam dari luar negeri. Mereka berharap suara mereka bisa menjadi pemicu perubahan demi masa depan yang lebih adil dan demokratis di Indonesia.
